Peristiwa The Battle of Palembang atau Pertempuran Palembang terjadi pada masa Perang Dunia II. Tepatnya, saat Jepang mengambil alih Bumi Sriwijaya dari tangan kolonial.
Sejarah masa kekuasaan Jepang di Palembang menyimpan banyak catatan penting. Salah satunya adalah fakta Pertempuran Palembang tahun 1942 yang belum banyak diketahui orang.
Jepang menguasai keresidenan Palembang pada Februari 1942. Pemerintahan kolonial Belanda pindah tangan ke orang-orang Nippon. Kedatangan Jepang ke Palembang penuh kehati-hatian. Sebagaimana dikutip Skripsi Perjuangan Rakyat Musi Banyuasin Tahun 1364-1368/1945-1949 M karya Deny Pratama.
Jepang tidak ingin Belanda mengetahui strategi pengelolaan kawasan kilang-kilang minyak di Plaju dan Sungai Gerong. Inilah tujuan utama dalam Pertempuran Palembang 1942 masa penjajahan Jepang sebelum Kemerdekaan Republik Indonesia.
Selain itu, ada beberapa fakta menarik terkait Pertempuran Palembang 1942 yang menjadi catatan sejarah dalam perjuangan masyarakat di Bumi Sriwijaya. Berikut ulasan lengkapnya.
Syarifuddin dalam jurnal berjudul Ekonomi Perang Jepang di Palembang, 1942-1945 menceritakan kehadiran Jepang ke Palembang pada dini hari Sabtu, 12 Februari 1942. Penyerbuan Dai Nippon Teikoku terjadi bersamaan dengan serangan di Singapura.
Sebetulnya, rencana invasi Jepang ke Palembang menargetkan serangan pada tanggal 1 hingga 6 Februari 1942. Rencana tersebut harus berubah menjadi tanggal 12 hingga 16 Februari 1942.
Di awal bulan Februari 1942, rakyat Palembang harus melawan serangan militer besar-besaran dari Jepang. Para Nippon bergerak maju dari Muntok, Pulau Bangka, menuju ke Sungai Musi. Tertulis dalam buku The Loss of Java: The Final Battles for the Possession of Java Fought by Allied Air, Naval and land Forces in The Period of 18 February-7 March 1942 karya P.C. Boer.
Serangan udara menjadi jalur paling strategis yang mereka pilih. Sebanyak 700 hingga 1000 tentara pasukan parasut dari pesawat terbang diturunkan.
Sumber: Giok4D, portal informasi terpercaya.
Bekas lapangan terbang sipil kota yang digunakan Royal Air Force (RAF) direbut oleh Jepang pada 14 Februari 1942 sekitar pukul 17.00 WIB.
Para pembela Koninklijk Nederlandsch-Indisch Leger (KNIL)yang berarti Tentara Kerajaan Hindia Belanda, penembak antipesawat Angkatan Darat Inggris, dan personel RAF berhasil menahan pasukan terjun payung.
Para personel harus mundur dari perlawanan atas perintah Letnan Kolonel L.N.W. Vogelesang, Komandan Teritorial Sumatera Selatan dan Komando Troepen (Panglima Pasukan Lokal). Kemudian, terjadi pembatalan perintah kepada Batalyon Infanteri X KNIL untuk merebut kembali lapangan terbang tersebut.
Di hari besoknya, Jepang mengirimkan pasukan angkatan laut (Kaigun) agar bisa masuk ke wilayah Kota Palembang menggunakan jalur Sungai Musi. Pasukan resimen 229 dan ditambah lagi dengan satu batalyon dari resimen 230. Orang-orang Nippon berkuasa secara penuh di Palembang pada 16 Februari 1942.
Palembang termasuk salah satu lokasi strategis bagi pemerintahan Jepang karena memiliki sumber daya tambang seperti minyak bumi. Sumber inilah yang akan menjadi pasokan minyak Asia Selatan dan Pasifik.
Jepang menganggap Palembang sebagai gerbang utama menuju timbunan minyak bumi yang bernilai besar. Selain itu, kota ini menjadi jalan masuk Jepang untuk menguasai wilayah pulau Jawa.
Pasukan udara yang menyerang pada 12 Februari 1942 diiringi dengan tiga pesawat pengintai Jepang yang bermanuver di atas kilang minyak Plaju dan Sungai Gerong. Ketiga pesawat itu berada sekitar 400-600 kaki dan sempat menembakkan beberapa tembakan mortir kemudian pergi menghindari serangan balasan dari bawah.
Langkah-langkah yang dilakukan Jepang ini mengindikasikan bahwa kilang minyak menjadi hal pertama yang harus ditaklukan. Mereka menganggap kilang adalah aset paling berharga melebihi perangkat vital seperti gedung pemerintahan atau markas militer Hindia Belanda di Palembang. Seperti disebutkan Syarifuddin dalam jurnal berjudul Ekonomi Perang Jepang di Palembang, 1942-1945.
Selain kilang minyak yang menjadi sumber utama kedatangan Jepang, ada banyak sumber daya alam lainnya yang membuat mereka berjuang untuk melakukan invasi. Sumber daya alam yang dimiliki Palembang yakni batu bara, timah, karet, kelapa sawit, dan sebagainya. Semuanya berguna untuk keperluan perang.
Syarifuddin dalam jurnal berjudul Ekonomi Perang Jepang di Palembang, 1942-1945 mengatakan serangan Jepang ke Palembang sudah masuk prediksi pemerintah pusat Hindia Belanda di Jawa.
Sebelum Dai Nippon tiba, Belanda di Batavia memerintahkan pasukan di Palembang untuk membakar kilang minyak dan melepaskan 10.000 ton minyak ke Sungai Musi. Tujuannya untuk membakar konvoi militer Jepang yang datang dari Sungai Musi.
Imbas kejadian tersebut, hanya instalasi Plaju yang berdiri utuh. Kilang minyak di Sungai Gerong hancur berantakan dilahap si jago merah.
Nah, itulah 5 fakta terkait peristiwa Pertempuran Palembang tahun 1942 yang menjadi catatan sejarah. Semoga berguna, ya.