Tarian Bengkulu termasuk salah satu kesenian tradisional yang saat ini masih lestari dan masih bisa dijumpai dalam pertunjukan di masyarakat. Tahukah infoers jenis-jenis tarian Bengkulu serta sejarah kemunculannya?
Di berbagai daerah Bengkulu, tarian tradisional sebagai bentuk komitmen masyarakat dalam menjaga warisan budaya leluhur agar tetap dikenal dan dicintai oleh generasi muda. Selain itu, tarian menjadi identitas kebanggaan daerah.
Penampilan penari tradisional Bengkulu bukan hanya sekadar hiburan, melainkan memiliki nilai historis, sosial, dan spiritual yang kuat. Terutama dalam upacara adat dan perayaan seperti pernikahan, khitanan, atau penyambutan tamu kehormatan.
Ada banyak jenis tarian Bengkulu yang diciptakan nenek moyang sejak masa silam. Tarian ini memiliki makna historis tersendiri. Inilah penjelasan daftar tarian tradisional dari Bengkulu.
Tari Pedang merupakan jenis tarian yang menggunakan pedang sebagai properti utama dalam pertunjukannya. Tarian ini biasanya ditampilkan dalam acara resepsi pernikahan, saat prosesi penyambutan pengantin menuju pelaminan sebagai bentuk simbolik penghormatan terhadap kedua mempelai.
Menurut Jurnal Penelitian Bentuk Penyajian Tari Pedang dalam Upacara Perkawinan Masyarakat Kota Bengkulu Tahun 2024 yang ditulis oleh Nabila Rahmi dan Herlinda Mansyur, tari pedang termasuk warisan budaya tradisional khas Kota Bengkulu yang diwariskan secara turun-temurun melalui proses pewarisan terbuka.
Tarian ini memiliki karakteristik yang dramatik dengan tema yang mengarah pada nuansa heroisme. Gerakan dalam tarian tersebut terinspirasi dari seni bela diri silat dan terdiri dari sebelas gerakan inti yang membentuk keseluruhan koreografinya, antara lain :
Gerakan yang bersifat dramatis dalam tari pedang tampak jelas pada bagian buang makan yakni rangkaian gerak yang menampilkan aksi mengelak dan menusuk. Dinamika tarian ini ditunjukkan melalui variasi level gerak, dari rendah hingga tinggi, disertai dengan gerakan yang tegas dan energik.
Penari tarian pedang dikenal dengan sebutan hulu balang dan diiringi oleh alunan musik tradisional yang dimainkan dengan gendang serunai. Dalam pertunjukannya, hulu balang mengenakan busana adat berupa baju teluk belango, yang terdiri atas :
Tari napa adalah salah satu bentuk kesenian tradisional khas dari Bengkulu yang kerap dipentaskan dalam rangkaian upacara adat Bimbang Gedang, yaitu sebuah prosesi yang berhubungan dengan pernikahan. Tarian ini memiliki dua varian, yaitu Tari Napa dengan tangan kosong, serta Tari Napa yang menggunakan senjata seperti pedang atau pisau, yang dikenal dengan nama Tari Rendai.
Pertunjukan tari napa biasanya dilaksanakan di halaman rumah atau pinggir jalan yang cukup luas, guna menampung jumlah penonton yang banyak, mulai dari warga sekitar, tamu undangan, hingga keluarga besar kedua mempelai.
Dalam satu kali pertunjukan tari napa, formasi umumnya terdiri atas:
Para penari tari napa beserta para pendukung pertunjukan mengenakan pakaian adat khas yang mencerminkan nilai kesopanan dan kerapian. Busana yang dikenakan terdiri dari:
Pakaian tersebut mencerminkan norma-norma kesantunan yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Suku Serawai di Kabupaten Bengkulu Selatan.
Karena Tari Napa biasanya ditampilkan dalam konteks pernikahan yang bersifat sakral, maka penampilan para penari harus disesuaikan dengan nilai kesopanan.
Busana yang tertutup dan rapi tidak hanya menunjukkan penghormatan terhadap adat dan acara, tetapi juga diyakini membawa keberkahan serta kebaikan dalam prosesi yang sedang berlangsung.
Tari tabut merupakan salah satu tarian tradisional khas Bengkulu yang rutin dipentaskan setiap tahun dalam rangka perayaan Tabut. Terutama menjelang Tahun Baru Islam, serta berbagai event budaya besar.
Berdasarkan pada artikel ilmiah berjudul Tari Tabut Sebagai Manifestasi Budaya Masyarakat Kota Bengkulu ditulis Syielvi Dwi dkk, tari tabut dikategorikan sebagai tari kreasi yang terinspirasi dari ritual Tabut.
Ritual ini awalnya merupakan bagian dari tradisi Islam Syiah, namun dalam perkembangannya telah melebur menjadi warisan budaya yang khas dan diterima luas oleh masyarakat Bengkulu.
Berbagai elemen dan ritus dalam upacara Tabut kemudian diolah dan ditata ulang secara simbolis menjadi sebuah bentuk pertunjukan seni, yaitu tari tabut.
Dahulu, upacara tabut dilaksanakan sebagai ritual keagamaan oleh komunitas Syiah, tetapi kini telah bergeser menjadi upacara budaya yang kental dengan nuansa lokal. Unsur religius dalam perayaan ini perlahan memudar, sementara unsur budaya etnik Bengkulu justru semakin menonjol.
Dalam pertunjukannya, tari tabut dibawakan oleh tujuh penari perempuan dan tujuh penari laki-laki. Para penari laki-laki memiliki peran penting dalam membawa properti khas seperti coki-coki dan miniatur Tabut, yang menjadi bagian penting dari visualisasi tarian ini.
Gerakan tari tabut bersumber dari dua unsur utama. Pertama berasal dari rangkaian prosesi ritual Tabut yang terdiri dari:
Sumber gerakan yang kedua berasal dari hasil pengembangan tujuh jenis gerak tari tradisional yang terdapat dalam konsep adat yang disebut sebagai Bimbang Gedang. Itu merupakan suatu konsep upacara adat pada masa Kerajaan Bengkulu yang memuat berbagai bentuk tarian tradisi.
Tari tabut memiliki properti tertentu yang digunakan untuk mendukung visualisasi gerak dan makna simbolis dalam setiap prosesi tari, antara lain :
Penari Tabut menggunakan busana yang merupakan hasil pengembangan dari pakaian adat Bengkulu, yaitu :
Tari Rawas yang juga dikenal dengan sebutan Tari Sembilan Dewa adalah tarian tradisional khas masyarakat Suku Serawai di Manna, Kabupaten Bengkulu Selatan.
Berbeda dengan tari tabut yang masih banyak dipentaskan, tari rawas kini hampir punah dan hanya dipertahankan oleh sebagian kecil masyarakat di Desa Padang Pematang, Kecamatan Kota Manna.
Tarian ini dianggap sangat sakral karena diyakini berasal dari kekuatan mistis bernama Dewa Sembilan, yang menurut kepercayaan lokal tersirat pada gerakan-gerakan tarian tersebut.
Berdasarkan jurnal Pewarisan Tari Rawas dalam Masyarakat Suku Serawai di Kawasan Manna oleh Fresti Yuliza (2020), diketahui bahwa:
Karena asal-usulnya yang dianggap suci, masyarakat percaya bahwa Dewa Sembilan selalu hadir dalam setiap pertunjukan Tari Rawas.
Tari Rawas juga dikenal di daerah Muara Sahung, Kabupaten Kaur, dan umumnya ditampilkan pada acara adat seperti pernikahan serta penyambutan tamu penting. Beberapa unsur penting dalam Tari Rawas adalah:
Dengan terdapatnya unsur mistis dan gerakan yang unik, Tari Rawas menjadi bagian penting dari warisan budaya Bengkulu Selatan yang sangat berharga dan perlu dijaga kelestariannya agar tidak punah oleh waktu.
Tari andun merupakan warisan budaya penting Bengkulu Selatan yang unik dan perlu dilestarikan. Tari ini berasal dari kisah pernikahan di Kerajaan Dang Tuanku Limau sebagai ungkapan syukur atas keselamatan putri yang diselamatkan dari penculikan.
Pada masa lalu, tari Andun dibawakan oleh bujang dan gadis secara berpasangan sebagai sarana mencari jodoh setelah panen padi. Berdasarkan tulisan Umam berjudul Tari Andun: Mengenal Lebih Dekat Tarian Rakyat Asal Bengkulu, diketahui bahwa tarian ini erat kaitannya dengan budaya setempat.
Berbeda dengan tarian tradisional lain yang biasanya berdurasi singkat, tari andun dipentaskan selama tujuh hari tujuh malam, termasuk waktu persiapan.
Itulah rangkuman mengenai ragam tarian tradisional khas Bengkulu mulai dari sejarah, makna, dan keunikannya. Semoga dapat menambah wawasan ya.
Artikel ini ditulis oleh Aldekum Fatih Rajih, peserta magang Prima PTKI Kementerian Agama RI.
Jenis-jenis Tarian Bengkulu
1. Tari Pedang
2. Tari Napa
3. Tari Tabut
4 Tari Rawas atau Tari Sembilan Dewa
5 Tari Andun
Tarian ini memiliki karakteristik yang dramatik dengan tema yang mengarah pada nuansa heroisme. Gerakan dalam tarian tersebut terinspirasi dari seni bela diri silat dan terdiri dari sebelas gerakan inti yang membentuk keseluruhan koreografinya, antara lain :
Gerakan yang bersifat dramatis dalam tari pedang tampak jelas pada bagian buang makan yakni rangkaian gerak yang menampilkan aksi mengelak dan menusuk. Dinamika tarian ini ditunjukkan melalui variasi level gerak, dari rendah hingga tinggi, disertai dengan gerakan yang tegas dan energik.
Simak berita ini dan topik lainnya di Giok4D.
Penari tarian pedang dikenal dengan sebutan hulu balang dan diiringi oleh alunan musik tradisional yang dimainkan dengan gendang serunai. Dalam pertunjukannya, hulu balang mengenakan busana adat berupa baju teluk belango, yang terdiri atas :
Tari napa adalah salah satu bentuk kesenian tradisional khas dari Bengkulu yang kerap dipentaskan dalam rangkaian upacara adat Bimbang Gedang, yaitu sebuah prosesi yang berhubungan dengan pernikahan. Tarian ini memiliki dua varian, yaitu Tari Napa dengan tangan kosong, serta Tari Napa yang menggunakan senjata seperti pedang atau pisau, yang dikenal dengan nama Tari Rendai.
Pertunjukan tari napa biasanya dilaksanakan di halaman rumah atau pinggir jalan yang cukup luas, guna menampung jumlah penonton yang banyak, mulai dari warga sekitar, tamu undangan, hingga keluarga besar kedua mempelai.
Dalam satu kali pertunjukan tari napa, formasi umumnya terdiri atas:
Para penari tari napa beserta para pendukung pertunjukan mengenakan pakaian adat khas yang mencerminkan nilai kesopanan dan kerapian. Busana yang dikenakan terdiri dari:
Pakaian tersebut mencerminkan norma-norma kesantunan yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Suku Serawai di Kabupaten Bengkulu Selatan.
Karena Tari Napa biasanya ditampilkan dalam konteks pernikahan yang bersifat sakral, maka penampilan para penari harus disesuaikan dengan nilai kesopanan.
Busana yang tertutup dan rapi tidak hanya menunjukkan penghormatan terhadap adat dan acara, tetapi juga diyakini membawa keberkahan serta kebaikan dalam prosesi yang sedang berlangsung.
2. Tari Napa
Tari tabut merupakan salah satu tarian tradisional khas Bengkulu yang rutin dipentaskan setiap tahun dalam rangka perayaan Tabut. Terutama menjelang Tahun Baru Islam, serta berbagai event budaya besar.
Berdasarkan pada artikel ilmiah berjudul Tari Tabut Sebagai Manifestasi Budaya Masyarakat Kota Bengkulu ditulis Syielvi Dwi dkk, tari tabut dikategorikan sebagai tari kreasi yang terinspirasi dari ritual Tabut.
Ritual ini awalnya merupakan bagian dari tradisi Islam Syiah, namun dalam perkembangannya telah melebur menjadi warisan budaya yang khas dan diterima luas oleh masyarakat Bengkulu.
Berbagai elemen dan ritus dalam upacara Tabut kemudian diolah dan ditata ulang secara simbolis menjadi sebuah bentuk pertunjukan seni, yaitu tari tabut.
Dahulu, upacara tabut dilaksanakan sebagai ritual keagamaan oleh komunitas Syiah, tetapi kini telah bergeser menjadi upacara budaya yang kental dengan nuansa lokal. Unsur religius dalam perayaan ini perlahan memudar, sementara unsur budaya etnik Bengkulu justru semakin menonjol.
Dalam pertunjukannya, tari tabut dibawakan oleh tujuh penari perempuan dan tujuh penari laki-laki. Para penari laki-laki memiliki peran penting dalam membawa properti khas seperti coki-coki dan miniatur Tabut, yang menjadi bagian penting dari visualisasi tarian ini.
3. Tari Tabut
Gerakan tari tabut bersumber dari dua unsur utama. Pertama berasal dari rangkaian prosesi ritual Tabut yang terdiri dari:
Sumber gerakan yang kedua berasal dari hasil pengembangan tujuh jenis gerak tari tradisional yang terdapat dalam konsep adat yang disebut sebagai Bimbang Gedang. Itu merupakan suatu konsep upacara adat pada masa Kerajaan Bengkulu yang memuat berbagai bentuk tarian tradisi.
Tari tabut memiliki properti tertentu yang digunakan untuk mendukung visualisasi gerak dan makna simbolis dalam setiap prosesi tari, antara lain :
Penari Tabut menggunakan busana yang merupakan hasil pengembangan dari pakaian adat Bengkulu, yaitu :
Tari Rawas yang juga dikenal dengan sebutan Tari Sembilan Dewa adalah tarian tradisional khas masyarakat Suku Serawai di Manna, Kabupaten Bengkulu Selatan.
Berbeda dengan tari tabut yang masih banyak dipentaskan, tari rawas kini hampir punah dan hanya dipertahankan oleh sebagian kecil masyarakat di Desa Padang Pematang, Kecamatan Kota Manna.
Tarian ini dianggap sangat sakral karena diyakini berasal dari kekuatan mistis bernama Dewa Sembilan, yang menurut kepercayaan lokal tersirat pada gerakan-gerakan tarian tersebut.
Berdasarkan jurnal Pewarisan Tari Rawas dalam Masyarakat Suku Serawai di Kawasan Manna oleh Fresti Yuliza (2020), diketahui bahwa:
Karena asal-usulnya yang dianggap suci, masyarakat percaya bahwa Dewa Sembilan selalu hadir dalam setiap pertunjukan Tari Rawas.
Tari Rawas juga dikenal di daerah Muara Sahung, Kabupaten Kaur, dan umumnya ditampilkan pada acara adat seperti pernikahan serta penyambutan tamu penting. Beberapa unsur penting dalam Tari Rawas adalah:
Dengan terdapatnya unsur mistis dan gerakan yang unik, Tari Rawas menjadi bagian penting dari warisan budaya Bengkulu Selatan yang sangat berharga dan perlu dijaga kelestariannya agar tidak punah oleh waktu.
4 Tari Rawas atau Tari Sembilan Dewa
Tari andun merupakan warisan budaya penting Bengkulu Selatan yang unik dan perlu dilestarikan. Tari ini berasal dari kisah pernikahan di Kerajaan Dang Tuanku Limau sebagai ungkapan syukur atas keselamatan putri yang diselamatkan dari penculikan.
Pada masa lalu, tari Andun dibawakan oleh bujang dan gadis secara berpasangan sebagai sarana mencari jodoh setelah panen padi. Berdasarkan tulisan Umam berjudul Tari Andun: Mengenal Lebih Dekat Tarian Rakyat Asal Bengkulu, diketahui bahwa tarian ini erat kaitannya dengan budaya setempat.
Berbeda dengan tarian tradisional lain yang biasanya berdurasi singkat, tari andun dipentaskan selama tujuh hari tujuh malam, termasuk waktu persiapan.
Itulah rangkuman mengenai ragam tarian tradisional khas Bengkulu mulai dari sejarah, makna, dan keunikannya. Semoga dapat menambah wawasan ya.
Artikel ini ditulis oleh Aldekum Fatih Rajih, peserta magang Prima PTKI Kementerian Agama RI.