7 Rumah Bersejarah di Palembang yang Wajib Dikunjungi, Lokasi Dekat Ampera

Posted on

Rumah bersejarah di Palembang kerap menjadi destinasi pilihan untuk edukasi atau sekadar mengobati rasa ingin tahu. Bangunan kuno dengan arsitektur khas Sumatera Selatan (Sumsel) menghadirkan cerita tersendiri ketika berkunjung.

Nilai-nilai sejarah dalam rumah tua yang ada di Palembang menjadi pengetahuan baru bagi wisatawan. Kesan datang pertama kali memberikan pengalaman yang tak terlupakan, khususnya bagi yang menyukai keindahan arsitektur dan sejarah.

Berikut infoSumbagsel berikan daftar 7 rumah bersejarah di Palembang yang wajib dikunjungi. Beberapa rumah lokasinya berada di dekat Jembatan Ampera. Yuk, simak.

Rumah bersejarah yang pertama ini mungkin tidak asing bagi infoers. Ya, Rumah Limas sempat menjadi gambar di pecahan uang Rp 10.000. Rumah ini merupakan rumah tradisional khas Palembang.

Dinamakan Rumah Limas karena berbentuk limas yang dibuat dengan gaya panggung. Bangunan khas Palembang ini dibangun bertingkat. Kini, Rumah ini sering dijadikan sebagai tempat pesta pernikahan atau acara adat. Sebagaimana dikutip dari website Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Untuk lokasi wisatanya, ada dua tempat yang beralamat di:

Melipir pinggir sungai Musi tepatnya di 7 Ulu, terdapat bangunan kuno khas Tionghoa yang dikenal dengan Rumah Kapitan. Rumah ini sudah ada sejak zaman Belanda. Letaknya di Kampung Kapitan, Palembang,

Rumah Kapitan menjadi tempat tinggal secara turun-temurun oleh para Kapitan Tionghoa. Desain rumah menggabungkan antara elemen tradisional Palembang seperti atap limas dengan gaya arsitektur Tionghoa yang berbentuk kotak dengan halaman di bagian tengah. Tak hanya itu, ornamen khas Tionghoa berwarna merah menjadi ciri khas yang mencolok dari bangunan ini. Bagi yang tertarik, dapat mengunjungi Rumah Kapitan di:

Rumah Saudagar Yucing lebih dikenal Baba Boen Tjit atau Ong Boen Tjit. Rumah bersejarah ini terletak di lorong Saudagar Yucing, Kelurahan 3-4 Ulu. Tempat ini sering menjadi destinasi wisata religi khususnya bagi umat non-Islam.

Arsitektur bagian depan rumah menampilkan gaya khas tradisional Palembang dengan ornamen kayu dan ukiran yang dipadukan interior Tiongkok. Rumah in sudah berusia lebih dari 300 tahun dan masih berdiri kokoh di pinggir Sungai Musi. Tak heran bila bangunan tua yang lestari ini menjadi saksi sejarah Kota Palembang.

Bagi yang berkunjung bisa menginap di rumah bersejarah ini. Ada banyak kamar yang bisa disewa dengan paket hidangan untuk makan sehari-hari. Adapun lokasi tempat wisata ini di:

Aksesnya bisa lewat darat tetapi tidak dapat dilalui mobil, hanya bisa motor. Untuk mobil dapat parkir di pinggir jalan atau tempat yang telah disediakan. Selain itu, pilihan lainnya dengan menggunakan jalur sungai menggunakan perahu atau speed boat. Hanya perlu membayar sewa kurang lebih Rp 50.000 hingga ratusan, tergantung jumlah orang.

Rumah RT Laut merupakan nama yang diberikan kepada rumah yang dimiliki ketua RT 58, Jalan KH Azhari, 5 Ulu Laut, Lorong Kenduruan. Rumah ini dibangun pada abad 18 Masehi yang dulunya milik saudagar Tionghoa, lalu diberli oleh Abdul Sholeh Matjik (Matcik).

Matcik merupakan veteran yang berasal dari Ogan Komering Ilir (OKI). Ia masuk dalam salah satu pahlawan Palembang dan setelah meninggal dikebumikan di makam pahlawan.

Pada tahun 2020, rumah ini masih dihuni oleh keturunan Matcik yakni Qorib (60) yang menjabat sebagai Ketua RT 58. Sebagaimana dijelaskan dalam jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya Vol.9 1 Mei 2023 berjudul Nilai Sejarah Toponimi Anak Sungai Musi si Seberang Ulu 1 Palembang karya Sholeh Kabib, Sukardi, Oktavia, dkk.

Kondisi rumah ini masih asli dengan lukisan pahat di dinding dan bangunan dari kayu unglen yang kokoh dan terawat. Bagian luar atau yang disebut garang merupakan bangunan tambahan yang dibuat pada tahun 1988.

Rumah ini terdiri dari lima bangunan gudang yang bersatu sehingga membentuk satu-kesatuan hunian unik dan antik. Ruang depan dan utama terawat dengan baik, ada ukiran dan pahatan, serta lukisan tua yang masih utuh. Dinding bagian luar mulai termakan usia.

Rumah Kembar Tuang Kentang adalah bangunan yang didirikan pada tahun 1918 oleh HM Mahmud bin Tedjo. Ia merupakan saudagar ekspor kulit ular yang terkenal di kawasan Tuan Kentang. Alamatnya di Jalan Aiptu A Wahab Nomor 4, Kelurahan 15 Ulu, Kecamatan Seberang Ulu 1, Palembang.

Dinamakan rumah kembar karena bangunan ini terdiri dari dua rumah yang menyambung di bagian belakang dengan arsitektur yang mirip. Awalnya, rumah panggung ini memadukan arsitektur Eropa dengan tradisional Palembang. Sentuhan Eropa terlihat dari ornamen-ornamen eksterior. Sedangkan khas Palembang terlihat dari ukiran kayu yang dicat emas.

Pada masa penjajahan Jepang, rumah ini menjadi tempat persembunyian pejuang kemerdekaan Indonesia dari kejaran Jepang. Selain itu, bangunan tersebut pernah jadi dapur umum bagi pejuang. Rumah kembar ini tidak ada kaitan dengan sayuran kentang. Sebabnya muncul karena lokasi bangunan terletak di Kelurahan Tuan Kentang.

Presiden pertama Republik Indonesia, Sukarno, pernah singgah ke Palembang bersama istrinya, Inggit Ganarsih. Mereka datang untuk bertemu dengan sahabat dekat bernama Raden Panani yang tinggal dengan ayah angkat bernama HJ Anang.

Sang proklamator bersama istrinya singgah ke rumah Anang saat menuju Jakarta setelah berada di pengasingan Bengkulu. Sebelum itu, mereka menyempatkan bertemu dengan Raden Panin, anak angkat Anang. Adapun lokasi rumahnya berada di:

Rumah Saudagar Jaya Laksana terletak di Jalan KH Azhari 6 Ulu, Lorong Jayalaksana, Palembang. Rumah berbentuk limas ini dibangun pada abad ke-18 oleh pedagang Tionghoa muslim bernama Kapiten Jayalaksana.

Ukuran rumah ini cukup besar dan menyimpan kekayaan ukiran khas Palembang berwarna emas dengan ornamen lacquer di dinding dan plafon. Bangunan bersejarah ini sama seperti rumah limas pada umumnya. Yakni dengan ciri-ciri pagar tenggalung, lawang kerang, lawang kipas, kejiking, gerobok lengket, pedalon, pangkeng penganten, dan pawon yang masih terawat.

Dulunya rumah ini berada di tepi sungai Jayalaksana. Namun, kondisi sungai sudah tidak terawat dan dipenuhi pembangunan turap serta dam sungai yang merusak luasan hingga lebar sungai aslinya.

Itulah 7 rumah bersejarah di Palembang yang mesti dikunjungi kala liburan. Sudah berkunjung ke lokasi mana nih, infoers?

1. Rumah Limas

2. Rumah Kapitan

3. Rumah Saudagar Yucing (Ong Boen Tjit)

4. Rumah RT Laut

5. Rumah Kembar Tuan Kentang

6. Rumah Singgah Sukarno

7. Rumah Saudagar Jaya Laksana

Gambar ilustrasi
Gambar ilustrasi
Gambar ilustrasi

Gambar ilustrasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *