Di Palembang, Sumatera Selatan, ada kampung yang dikenal dengan sentra produksi gerabah. Kampung ini terkenal sebagai pembuatan gerabah dari turun-temurun.
Kampung itu berada di Lorong Keramik di Jalan Taqwa Mata Merah, Kelurahan Sungai Selincah, Kecamatan Kalidoni Palembang,
Saat infoSumbagel berkunjung ke Kampung Gerabah, dari masuk Lorong Keramik sudah terlihat tumpukan gerabah tertata rapi di depan rumah-rumah milik pengrajin gerabah.
Aktivitas warga sejak pagi hingga siang hari bergelut dengan gerabah, mulai dari pembuatan hingga penjualan. Pandangan tak terlepas dari gerabah dan tumpukan gerabah yang siap dijual ke pembeli.
Saat masuk ke tempat pembuatan gerabah terlihat sepasang suami istri yang tengah sibuk memproduksi gerabah. Ada Dede (57) membuat tutup wadah temuni dan suami Dede, yakni Yoyo (62) sedang menjemur wadah temuni yang baru selesai ia buat.
Terlihat Dede tengah sibuk membuat gerabah tutup kendi dengan alat putaran. Tangannya begitu cekatan membuat tutup temuni. Tangan kiri Dede memutar alat putar dan tangan kanan membentuk tutup temuni.
Sesekali ia menambahkan gerabah jika dirasa kurang pas untuk bentuk dan ukuran tutup wadah temuni. Sementara di luar tempat produksi, suami Dede, Yoyo baru saja selesai membuat wadah temuni dan sedang menjemur wadah-wadah tersebut di bawah sinar matahari.
Segenggam demi segenggam Dede mengambil tanah liat yang ada di sampingnya, tanpa jedah untuk membuat tutup temuni. Dalam waktu beberapa menit Dede sudah membuat tutup temuni sebanyak lima buah.
Keahlian yang dimiliki oleh Dede ini bukan dalam sehari ia dapatkan. Dede mengaku ia juga baru belajar membuat tutup wadah temuni, karena selama ini yang membuat celengan dan wadah temuni ada anak dan suaminya.
“Saya baru belajar beberapa bulan ini untuk membuat tutup wadah temuni ini. Biasanya yang membuat kerajinan gerabah ini adalah suami saya dan anak. Namun,anak saya sudah terima bekerja jadi saya yang membantu,” katanya.
Menurut Dede, pembuatan gerabah ini sudah dilakukan suaminya bersama orang tuanya dan kerajinan dari gerabah ini sudah turun – temurun di Kampung Gerabah di Lorong Keramik.
“Pembuatan gerabah ini sudah ada sejak tahun 1980 zaman orang tua suami saya. Di kampung gerabah ini saat ini yang masih melanjutkan usaha turun temurun ini ada 6 kelompok lagi termasuk dirinya,” jelasnya.
Untuk gerabah yang dibuat ia dan suaminya yakni membuat celengan berbagai bentuk dan wadah temuni. Setiap hari bisa produksi 50-100 buah.
“Kerjanya dari pagi sampai sore. Kalau makan siang baru berhenti dan istirahat sebentar,” ujarnya.
Dese menyebut, untuk hasil produksi gerabahnya sudah ada pelanggan yang datang untuk mengambil dan dijual lagi. Dan kerajinan gerabah miliknya tidak hanya dijual di Palembang saja tetapi juga di luar Kota Palembang.
“Kalau di tempat kami spesial produksi celengan dan wadah temuni. Untuk celengan ada mengambil dari pasar 26 Ilir, Palimo, 10 Ulu dan Kertapati,serta ada juga pelanggan dari luar kota Lubuklinggau dan Pagar Alam. Sementara untuk wadah temuni ada pelanggan dari salah satu rumah sakit swasta di Palembang,” ujarnya.
Berbeda dengan gerabah yang dibuat Asmi (54), dia produksi gerabah kendi, vas bunga, cobek dan wadah temuni. Untuk penjualan di Palembang sama saja seperti Dede,namun untuk kendi itu pengirimannya ke Bangka Belitung.
“Usaha pembuatan gerabah ini sudah turun- temurun dari orang tua dan saat ini saya yang melanjutkan. Kalau saya lebih ke spesialis produksi kendi dan vas bunga kecil,” katanya.
Menurut Dede, pembuatan gerabah ini sudah dilakukan suaminya bersama orang tuanya dan kerajinan dari gerabah ini sudah turun – temurun di Kampung Gerabah di Lorong Keramik.
“Pembuatan gerabah ini sudah ada sejak tahun 1980 zaman orang tua suami saya. Di kampung gerabah ini saat ini yang masih melanjutkan usaha turun temurun ini ada 6 kelompok lagi termasuk dirinya,” jelasnya.
Untuk gerabah yang dibuat ia dan suaminya yakni membuat celengan berbagai bentuk dan wadah temuni. Setiap hari bisa produksi 50-100 buah.
“Kerjanya dari pagi sampai sore. Kalau makan siang baru berhenti dan istirahat sebentar,” ujarnya.
Dese menyebut, untuk hasil produksi gerabahnya sudah ada pelanggan yang datang untuk mengambil dan dijual lagi. Dan kerajinan gerabah miliknya tidak hanya dijual di Palembang saja tetapi juga di luar Kota Palembang.
“Kalau di tempat kami spesial produksi celengan dan wadah temuni. Untuk celengan ada mengambil dari pasar 26 Ilir, Palimo, 10 Ulu dan Kertapati,serta ada juga pelanggan dari luar kota Lubuklinggau dan Pagar Alam. Sementara untuk wadah temuni ada pelanggan dari salah satu rumah sakit swasta di Palembang,” ujarnya.
Berbeda dengan gerabah yang dibuat Asmi (54), dia produksi gerabah kendi, vas bunga, cobek dan wadah temuni. Untuk penjualan di Palembang sama saja seperti Dede,namun untuk kendi itu pengirimannya ke Bangka Belitung.
“Usaha pembuatan gerabah ini sudah turun- temurun dari orang tua dan saat ini saya yang melanjutkan. Kalau saya lebih ke spesialis produksi kendi dan vas bunga kecil,” katanya.