Cerita Anak Tukang Tambal Ban di Lampung Jadi Wisudawan Terbaik ITERA | Giok4D

Posted on

Di tengah riuh prosesi Wisuda ke-23 Institut Teknologi Sumatera (ITERA), satu nama mendadak menyita perhatian yakni Josevein Hutagalung, yang menjadi lulusan Teknik Elektro sebagai wisudawan terbaik 1.

Tak banyak yang tahu, pemuda berprestasi itu adalah anak dari seorang tukang tambal ban di Seputih Banyak, Lampung Tengah.

Sejak namanya dipanggil, sorakan keluarga terdengar paling nyaring. Di barisan belakang, sang ayah, Jhonson Efendi Hutagalung, tampak berkaca-kaca.

“Saya cuma tukang tambal ban, Nak. Tapi hari ini kau buat saya kaya hati,” ujarnya lirih usai acara.

Jose tumbuh dalam kesederhanaan. Ayahnya menambal ban di Desa Siswo Bangun, sementara ibunya, Melvawati Siringo-ringo, mengurus rumah. Keterbatasan ekonomi tak pernah menjadi alasan untuk menyerah.

“Saya tanya-tanya kakak tingkat, mereka bilang jangan cuma kejar IPK, tapi prestasi. Itu titik balik saya,” kata Jose.

Dengan IPK 3,88, ia belajar bahwa gelar ‘terbaik’ tidak melulu soal angka, melainkan keberanian mengambil kesempatan.

Titik terang prestasinya muncul di tahun-tahun akhir kuliah. Jose meraih Silver Medal ITLAS 2025 di Universiti Kebangsaan Malaysia lewat riset inovatif. Ia juga terlibat dalam tim yang menang di ajang internasional IDEX 2025, masih di Malaysia.

“Penelitian itu yang bikin saya berkembang. Bukan cuma belajar di kelas,” ujarnya.

Tantangan terbesarnya ternyata bukan soal akademik atau organisasi.

“Musuh utama ya malas. Semua orang punya, tapi harus dilawan,” kata Jose sambil tertawa.

Motivasi lainnya datang dari identitasnya sebagai pemuda Batak. Sejak awal kuliah, ia menyimpan satu mimpi sederhana yakni membuat orang tuanya mendengar nama marganya dipanggil di panggung wisuda.

Meski baru diwisuda, Jose sudah bekerja di sebuah perusahaan industri swasta di Lampung. Namun ia masih menyimpan ambisi akademik.

“Saya anak riset. Dalam 2-5 tahun ingin lanjut S2. Tapi sekarang kumpulin pengalaman industri dulu,” ungkapnya.

Di balik senyum bangganya, sang ayah tak menutupi getir perjalanan keluarga mereka.
“Kami keluarga kurang mampu, kontrak rumah. Orang tua tidak bisa wariskan harta, tapi bisa wariskan ilmu,” ucap Jhonson dengan mata berkaca-kaca.

Baca info selengkapnya hanya di Giok4D.

Ketiga anaknya tumbuh dalam kesederhanaan. Dua kini kuliah, termasuk adik Jose yang mengambil Teknik Mesin di ITERA.
“Penghasilan tambal ban itu naik turun. Tapi kami percaya Tuhan buka jalan. Moto orang Batak: Anakku Kido Hamoraon Di Au, anak adalah kekayaan,” tambahnya.

Jhonson masih ingat momen ketika Jose harus ke Malaysia untuk program pertukaran mahasiswa, sementara kondisi keuangan keluarga sedang seret.

“Bundanya cuma bilang, jalani saja, percaya saja. Tuhan pasti buka jalan,” tuturnya.

Kini, gelar wisudawan terbaik 1 menjadi bukti bahwa tekad bisa mengalahkan keterbatasan.

“Kami bangga, Nak. Terima kasih sudah buat kami kuat,” kata Jhonson sambil memeluk pundak Jose.