Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Palembang, Sumatera Selatan, mencatat kasus demam berdarah dengue (DBD) di Palembang mencapai 855 kasus. Dari jumlah itu, tiga orang meninggal dunia.
“Total kasus kita (DBD) 855, dan hingga 2 Desember yang meninggal karena DBD ada tiga ya. Jadi dari 855 itu, tiga orang meninggal, satu perempuan, dua laki-laki.” ungkap Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Palembang Yudhi Setiawan kepada infoSumbagsel, Rabu (03/12/2025).
Dari data dinkes menunjukkan lonjakan kasus DBD secara signifikan menyerang anak-anak usia sekolah kelompok umur 5 hingga 14 tahun. Kelompok ini paling mudah terserang dan mencatatkan angka kasus terbanyak sehingga orang tua didesak untuk meningkatkan kewaspadaan.
Kasus tertinggi dilaporkan terjadi di wilayah kerja Puskesmas Makrayu, disusul Puskesmas Gandus, dan Puskesmas Plaju, yang menjadi titik fokus intervensi pemerintah.
“Setiap bulan Palembang itu enggak pernah kosong kasus DBD, pasti ada. Mau enggak mau DBD di Palembang itu disebut sebagai daerah endemis. Kasusnya selalu ada,” tegasnya.
Kata dia, secara perbandingan tahunan, tren kasus DBD di Palembang sejak tahun 2022 terus menunjukkan kenaikan, terutama pada bulan-bulan puncak seperti April dan November 2025 yang tercatat tinggi, melampaui rata-rata kasus bulanan di tahun sebelumnya.
Yudhi Setiawan, menegaskan bahwa upaya pencegahan paling efektif adalah melalui pemberantasan sarang nyamuk (PSN) 3M Plus. Meskipun telah didorong, tantangan terbesar yang dihadapi adalah rendahnya kesadaran masyarakat.
“Mencegah itu lebih baik dari mengobati. Masyarakat harus punya kesadaran melaksanakan PSN secara rutin satu minggu sekali. Kalau DBD banyak yang rugi kan masyarakat juga,” ujarnya.
Dia mengimbau kepada masyarakat untuk mencegah DBD untuk melakukan menguras, menutup, dan mendaur ulang (3M) tempat penampungan air. Larvasida juga disarankan untuk tempat air yang sulit dikuras agar nyamuk Aedes aegypti tidak bisa berkembang biak.
Selain DBD, masyarakat juga wajib mewaspadai penyakit lain yang marak di musim hujan dan pasca-banjir, seperti leptospirosis yang ditularkan melalui urine tikus pada genangan air, diare, tipes, dan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).
Saat ini, target program kesehatan menetapkan angka bebas jentik (ABJ) harus di atas 95% untuk mengendalikan penyebaran DBD secara efektif. Masyarakat diminta segera membawa anggota keluarga yang mengalami demam tinggi mendadak ke fasilitas kesehatan terdekat.







