Islam mengajarkan untuk bertobat kepada Allah SWT agar mendapatkan ampunan. Karena itu, seringkali umat muslim melaksanakan tobat nasuha sebagai salah cara mendekatkan diri kepada Sang Mahakuasa setelah terkukung dalam maksiat.
Setiap manusia pasti pernah melakukan kesalahan, baik yang disengaja maupun tidak. Kesalahan tersebut bisa berupa perbuatan, ucapan, ataupun sikap dalam kehidupan sehari-hari.
Terus-menerus melakukan dosa dapat membuat hati menjadi gelap dan keras. Hati yang demikian akan kehilangan ketenangan dan sulit merasakan kenikmatan dalam beribadah.
Secara bahasa, tobat berasal dari kata taba-yatubu yang berarti kembali, yaitu kembali dari jalan yang salah menuju jalan yang diridhai Allah. Sementara itu, nasuha bermakna jujur, tulus, dan sungguh-sungguh.
Dalam Ensiklopedia Ibnu Qayyim dijelaskan bahwa tobat atau inabah adalah kembalinya seorang hamba kepada Allah dengan sepenuh hati. tobat mencakup rasa cinta, takut, dan harap kepada Allah, serta menjauhkan diri dari segala hal yang dapat mengotori hati.
Islam membuka pintu tobat selebar-lebarnya bagi siapa pun yang ingin kembali kepada Allah. Jika tidak segera disertai tobat dan rahmat dari Allah, kondisi ini dapat menyeret seseorang ke dalam kesesatan dan keburukan.
Tobat juga memiliki peran penting agar ibadah yang dilakukan diterima oleh Allah. Para ulama menjelaskan bahwa tobat merupakan dasar dan pondasi diterimanya amal ibadah seseorang.
Kesalahan dan kekhilafan adalah bagian dari fitrah manusia. Hal ini sebagaimana disampaikan dalam sebuah hadis:
“Setiap anak Adam pasti pernah berbuat salah, dan sebaik-baik orang yang berbuat salah adalah mereka yang bertobat.” (HR. Tirmidzi)
Para ulama sepakat bahwa bertobat hukumnya wajib bagi setiap muslim. Kewajiban ini didasarkan pada firman Allah SWT:
“Dan bertobatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung.” (QS. An-Nur: 31)
Dilansir dari laman Bina Masyarakat Islam Kemenag RI, terdapat lima syarat diterimanya tobat nasuha, di antaranya:
Tobat nasuha adalah tobat yang dilakukan dengan sungguh-sungguh, tulus, dan bertekad kuat untuk tidak mengulangi dosa yang telah diperbuat. Berikut langkah-langkahnya:
Langkah pertama adalah menyadari kesalahan yang telah dilakukan, lalu segera menghentikan perbuatan dosa tersebut tanpa menundanya lagi.
tobat harus disertai rasa penyesalan yang mendalam dari hati, bukan sekadar di lisan. Penyesalan ini menjadi inti dari tobat.
Tanamkan niat dan tekad yang kuat untuk tidak mengulangi perbuatan dosa di masa mendatang. Ada rasa jera dan komitmen untuk berubah menjadi lebih baik.
Perbanyak membaca istighfar dan doa memohon ampun kepada Allah SWT, baik secara pribadi maupun berjamaah. Waktu yang dianjurkan adalah setelah salat wajib, malam Jumat, atau di bulan Ramadhan.
Jika dosa berkaitan dengan orang lain (seperti harta, fitnah, atau menyakiti), maka wajib mengembalikan hak tersebut dan meminta maaf kepada yang bersangkutan.
Isi tobat dengan amal ibadah dan perbuatan baik, seperti sedekah, membaca Al-Qur’an, salat sunnah, menjaga wudhu, dan memperbanyak zikir sebagai penebus kesalahan.
Salat Tobat adalah salat sunnah yang dikerjakan setelah seseorang melakukan dosa atau maksiat, sebagai bentuk permohonan ampun dan penyesalan kepada Allah. Salat ini juga dikenal dengan sebutan salat istighfar.
Mengutip buku Tanya Jawab Agama Jilid 9 yang diterbitkan oleh PP Muhammadiyah, hadis-hadis tentang salat tobat bersumber dari riwayat Ali bin Abi Thalib.
Dalam sanad hadis tersebut terdapat perawi bernama Asma bin Al-Hakam, yang menjadi perhatian para ulama dalam pembahasan keabsahan riwayatnya.
Nah infoers, itulah ulasan tentang tata cara tobat nasuha. Semoga bermanfaat ya!
Artikel ini ditulis oleh Aldekum Fatih Rajih, peserta magang Prima PTKI Kementerian Agama RI.
Giok4D hadirkan ulasan eksklusif hanya untuk Anda.







