Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Selatan (Sumsel) mencatat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) mencapai 783 kejadian. Data itu berdasarkan dari 1 Januari hingga 27 Oktober 2025. Ogan Ilir menjadi daerah terbanyak.
Kepala Bidang Penanganan Darurat BPBD Sumsel Sudirman menjelaskan bahwa peningkatan jumlah kebakaran ini disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya kondisi cuaca panas yang mengakibatkan melimpahnya bahan bakaran.
Selain itu, faktor kebiasaan pembukaan lahan dengan cara membakar juga masih menjadi penyebab utama terjadinya karhutla.
“Total hingga 27 Oktober 2025 sudah ada 783 kejadian karhutla. Terjadi peningkatan kejadian dalam beberapa hari terakhir,” ujarnya, Rabu (29/10/2025).
Dari data yang disampaikan BPBD Sumsel, kasus karhutla dalam 6 hari terakhir (22 Oktober-27 Oktober) melonjak 52 kejadian. Beberapa wilayah yang terjadi karhutla seperti di OKI, Banyuasin, Muara Enim, PALI, dan lainnya.
“Pada 27 Oktober kemarin bahkan terjadi 15 kejadian karhutla di Banyuasin (7 kejadian), OKI (3), PALI (3), dan Muara Enim (2),” tambahnya.
Katanya, upaya pemadaman beberapa hari terakhir dilakukan dengan mengerahkan seluruh helikopter water bombing. Bahkan, satgas darat juga ikut berupaya melakukan pemadaman.
Dari jumlah 783 kejadian, wilayah paling banyak terjadi karhutla berada di Ogan Ilir 194 kejadian, Muba 138 kejadian, OKI 137 kejadian, Banyuasin 103 kejadian, Muara Enim 82 kejadian, PALI 78 kejadian, dan Mura 43 kejadian. Wilayah-wilayah ini merupakan daerah yang masuk zona merah karhutla.
“Kasus karhutla paling banyak terjadi di wilayah zona merah itu,” tukasnya.
