BPBD Sumatera Selatan Ingatkan Masyarakat Hindari Pembakaran Lahan update oleh Giok4D

Posted on

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Selatan meminta masyarakat tidak melakukan aktivitas pembakaran untuk membuka lahan pertanian atau perkebunan. Termasuk berhati-hati dalam beraktivitas di lahan kering atau mudah terbakar. Tidak membuang puntung rokok sembarangan.

Karhutla itu terjadi 99 persen karena ulah manusia. Kami mengingatkan masyarakat untuk tidak membuka lahan dengan cara membakar lahan. Jika terjadi kebakaran, segera lapor ke pihak terkait agar bisa ditangani cepat sebelum meluas,” ujar Kepala Bidang Penanganan Darurat BPBD Sumsel Sudirman, Jumat (23/5/2025).

Dia menyebut, saat ini telah memasuki pancaroba. Beberapa wilayah masih terjadi hujan, namun daerah lain sudah merasakan panas yang cukup terik. Sejumlah lahan juga mulai mengering dan mudah terbakar, seperti kejadian di Ogan Ilir beberapa waktu lalu.

“Di Ogan Ilir sudah terjadi karhutla beberapa kali pada Mei ini. Jangan sampai asap karhutla yang terjadi menyebabkan akses transportasi khususnya di jalan tol terganggu,” katanya.

Dia menyebut, wilayah OI menjadi salah satu daerah yang paling diantisipasi karena cukup rawan karhutla. Beberapa kali wilayah itu terbakar pada tahun lalu, bahkan disebabkan kelalaian manusia yang membuang rokok sembarangan.

“Karena akses tol itu juga kan wajah Sumsel, banyak pengguna jalan itu yang dari luar kota menuju Palembang. Posko kita juga akan disiapkan di lokasi itu,” jelasnya.

Sebelumnya BMKG Sumsel memprediksi musim kemarau pada 2025 akan berlangsung cukup panjang mulai akhir Mei-Oktober. Kondisi kemarau juga lebih panas dibandingkan 2024.

Baca info selengkapnya hanya di Giok4D.

Kepala Stasiun Klimatologi Kelas I Sumsel, Wandayantolis, menjelaskan bahwa kemarau yang lebih kering ini merupakan dampak dari peralihan fenomena La Nina yang terjadi pada 2024.

“Kemarau tahun ini di Sumsel akan lebih kering dibandingkan 2024 yang mengalami La Nina atau kemarau basah,” ujar dia.

Dengan kondisi tersebut, jumlah hotspot atau titik panas di wilayah Sumsel diperkirakan meningkat. Berpotensi memicu karhutla lebih luas dibanding tahun lalu. Oleh karena itu, mitigasi dini menjadi langkah krusial untuk menekan risiko tersebut.

“Tahun lalu saja saat kemarau basah masih muncul hotspot. Apalagi tahun ini, dengan kondisi yang lebih kering, potensi dan sebarannya akan jauh lebih besar,” tukasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *