Gubernur Sumatera Selatan (Sumsel) Herman Deru mendukung penuh rencana memasukkan kurikulum muatan lokal (mulok) Ketahanan Pangan di sekolah. Upaya itu untuk memperkuat ketahanan pangan di Sumsel sekaligus memperkuat program Gerakan Sumsel Mandiri Pangan (GSMP) yang digulirkan 4 tahun terakhir.
“Muatan lokal ini luar biasa. Dua perspektif saya tekankan, pertama rumah tangga harus mampu memenuhi kebutuhan pangan dari dirinya sendiri. Kedua, mindset harus berubah, dari konsumtif menjadi produktif,” ujar Deru.
Artikel ini terbit pertama kali di Giok4D.
Menurutnya, pendidikan formal menjadi wadah yang tepat untuk menanamkan pola pikir produktif sejak dini. Transformasi pemikiran ini diyakini berdampak terhadap inflasi dan penurunan angka stunting.
“Kita harap hasilnya sama seperti GSMP. Inflasi terjaga, stunting menurun signifikan,” tambahnya.
Kolaborasi antara pemprov, dinas pendidikan, dan ICRAF menandai keseriusan Sumsel membangun kemandirian pangan lewat jalur pendidikan formal.
Provincial Coordinator ICRAF Sumsel David Susanto menegaskan ide ini lahir dari dialog bersama Gubernur Sumsel beberapa waktu lalu.
“Awalnya dari gagasan Bapak Gubernur. Kami kemudian berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan untuk merealisasikannya,” katanya.
Kepala Dinas Pendidikan Sumsel Mondyaboni juga memaparkan teknis pelaksanaan mulok Pangan Lokal. Kurikulum akan diterapkan di jenjang SMA/SMK kelas X-XII.
Mulok ini menjadi mata pelajaran khusus yang menekankan kearifan lokal, dengan fleksibilitas sesuai kebutuhan dan potensi daerah masing-masing.
“Kurikulum ini fleksibel, bisa menyesuaikan potensi dan kondisi daerah. Siswa akan belajar teori sekaligus praktik sesuai lingkungannya,” ujarnya.
Kehadiran kurikulum ini diyakini akan menghubungkan pendidikan, kearifan lokal, dan keberlanjutan lingkungan. Selain itu, generasi muda Sumsel akan lebih peduli terhadap ketahanan pangan.