Melihat Hasil Karya Bung Karno pada Bangunan Masjid Jamik Bengkulu

Posted on

Masjid Jamik Bengkulu merupakan salah satu bangunan yang arsitekturnya adalah Presiden RI Soekarno atau Bung Karno. Masjid ini sekarang masih dipertahankan sebagai ikonik di wilayah Bengkulu.

Masjid ini menjadi salah satu wisata religi yang dikumandangkan pemerintah setempat. Bangunan masjid tersebut juga sudah masuk sebagai salah satu cagar budaya.

Masjid Jamik Bengkulu yang terletak di Jl Letjen Soeprapto, Kelurahan Pengantungan, Kecamatan Gading Cempaka, KotaBengkulu itu selalu ramai. Masyarakat yang datang dan beribadah di sana bukan hanya dari Bengkulu, namun juga banyak pendatang atau wisatawan yang bertandang ke masjid tersebut.

Ica Febriani, wisatawan asal Padang, Sumatera Barat mengaku ingin salat di masjid tersebut.

“Masjid Jamik ini bersejarah, saya ingin merasakan bagaimana dulu masjid ini pernah menjadi masjid Bapak Soekarno,” kata dia.

Ica menyebut kagum dengan keindahan masjid tersebut. Apalagi, arsitektur di masjid tersebut tak sama dengan masjid lain pada umumnya.

“Arsiteknya unik dan setiap pilarnya memiliki makna dan arti,” kata Ica saat ditemui di masjid Jamik, Minggu (21/9/2025).

Ica berharap, masjid bersejarah ini tetap menjadi lokasi beribadah yang ramai oleh didatangi warga, serta kelestarian dan sejarahnya tetap terjaga dengan baik.

“Semoga masjid ini bisa tetap ramai dan menjadi masjid bersejarah,” jelas Ica.

Sejarahwan Bengkulu, Agus Setyanto menjelaskan Masjid Jamik merupakan salah satu masjid bersejarah di kota Bengkulu. Masjid ini karya arsitektur Bung Karno semasa pengasingan di Kota Bengkulu.

Oleh karena itu, masjid ini terkenal dengan julukan ‘masjid Bung Karno’. Dulunya, masjid Jamik Bengkulu hanya sebuah bangunan kecil yang dikenal dengan Surau Lamo.

“Dari catatan sejarah, masjid ini dulunya berdiri di Kelurahan Bajak, Kecamatan Teluk Segara, atau di sekitar makam pahlawan nasional, Sentot Alibasyah Prawiradirja atau Panglima Perang Laskar Pangeran Diponegoro. Kemudian, sekitar awal abad ke-18 dipindahkan ke Jalan Soeprapto, Kelurahan Tengah Padang, Kecamatan Ratu Samban,” papar Agus.

Agus mengatakan, masjid yang memiliki luas 1.860 meter persegi itu. Lalu pada abad ke-19, bentuk masjidnya cukup sederhana dan saat itu hanya menggunakan bahan atau material dari kayu, beratapkan daun rumbia dan memiliki lantai yang sangat sederhana. Ketika musim hujan, seringkali daerah sekitar masjid ini menjadi becek dan kotor.

“Pada masa pergerakan, sekitar awal tahun 1930, Gubemur Jenderal De Jonge, mengeluarkan kebijakan baru untuk mempersempit ruang gerak kaum pergerakan di bidang politik,
larangan berkumpul dan melakukan rapat dengan hukuman pelanggar berupa hukuman buang,” kata dia.

“Bung Karno, salah satu tokoh pergerakan dihukum buang akibat melanggar peraturan yang dikeluarkan Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Dia bersama keluarga dibuang ke Flores pada tahun 1930 dipindahkan ke Bengkulu pada tahun 1938,” lanjut Agus.

Semasa Bung Karno diasingkan di Kota Bengkulu, masyarakat Bengkulu menginginkan perbaikan masjid ini. Lalu pada saat yang sama, Soekarno membantu masyarakat merancang arsitektur Masjid Jamik tersebut.

Di awal perencanaan, Soekarno meminta persetujuan kaum-kaum berpengaruh di Bengkulu. Meskipun mendapat perlawanan, akhirnya Bung Karno mampu mewujudkan rancangan arsitektur Masjid Jamik Bengkulu.

“Dana pertama pembangunan masjid ini, diperoleh dari swadaya masyarakat. Sedangkan material bangunannya didatangkan dari Desa Air Dingin, Kabupaten Rejang Lebong dan Ketahun, Kabupaten Bengkulu Utara,” jelas Agus.

Hingga saat ini, masjid ini sudah tiga kali mengalami renovasi. Pada tahun 2000, area masjid mengecil setelah penambahan jalan di sekitar masjid. Lalu pada tahun 2004, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI menetapkan Masjid Jamik Bengkulu sebagai bangunan cagar budaya. Penetapan ini diperkuat dengan Undang-Undang No 11 tahun 2010 tentang cagar budaya.

Saat ini, rumah ibadah tersebut tetap berfungsi sebagai objek wisata religi dan sejarah dan ramai dikunjungi oleh masyarakat lokal dan luar Bengkulu.