Rumah Kembar Tuan Kentang tidak hanya menawarkan wisata edukasi sejarah, tetapi telah berkembang menjadi destinasi bagi warga yang ingin menikmati santapan kuliner dan kerajinan khas Palembang.
Rumah Kembar Tuan Kentang ini terletak kawasan Seberang Ulu I. Alasan penyebutan Rumah Kembar karena kedua bangunan rumah panggung berdiri berdekatan dan dapat saling terhubung. Bangunan kayu ikonik rumah ini kini rutin menjadi lokasi pertemuan keluarga dan komunitas.
Emi (68), istri dari Imron (68), pemilik rumah menyebut banyak wisatawan sengaja datang untuk merasakan pengalaman makan bersama dengan latar pemandangan sungai dan bangunan bersejarah yang masih asli.
“Biasanya ibu-ibu arisan Darma Wanita, ibu Wali Kota, Sekda dan lainnya sengaja ngadain acara dan makan bareng-bareng di sini nyicipi (mencoba) masakan ibu,” ungkap Emi, belum lama ini.
Emi menceritakan bahwa menu yang disajikan bukanlah menu restoran pada umumnya, melainkan masakan khas Palembang yang diolah dengan resep keluarga turun-temurun.
“Menu andalannya ya masakan khas kita, ada pindang, ada malbi, dan camilan khas Palembang. Mereka senangnya karena suasananya tenang, angin sungai masuk dari jendela-jendela besar ini, jadi makan terasa lebih nikmat,” tambah Emi.
Tak hanya soal perut, setelah kenyang menyantap hidangan, para tamu biasanya langsung memanjakan mata dengan melihat koleksi kerajinan tenun dan batik yang dipajang di area rumah.
Dia menjelaskan bahwa koleksi baju yang ada di rumah kembar merupakan hasil kreativitas perajin lokal Tuan Kentang, serta hasil UMKM lintas kota seperti batik Pekalongan yang dijual kembali olehnya. Meski sering dikunjungi kalangan pejabat dan tokoh penting, Emi dan Imron mengaku tetap merangkul semua kalangan yang datang.
“Kami tidak membatasi, siapa saja boleh datang. Justru kami senang kalau makin banyak yang tahu tentang rumah ini,” ucapnya.
Rumah Kembar Tuan Kentang ini merupakan sebuah bangunan rumah panggung yang usianya sudah cukup tua. Rumah ini didirikan oleh seorang pedagang kulit ular H.M Mahmud bin Tedjo.
Alasannya disebut rumah kembar karena kedua rumah ini memiliki posisi yang berdekatan dan bentuknya yang identik. Rumah Kembar Tuan Kentang ini sudah ada sejak zaman penjajahan sekitar tahun 1926 yang berlokasi di Jl Aiptu A Wahab No 4 Kecamatan Seberang Ulu 1 Kota Palembang.
“Rumah ini dulunya merupakan dapur umum tentara kita yang berjuang dan griya kain yang di bagian depan itu merupakan markas tentara kita selama masa penjajahan Jepang,” ujar Imron.
Ikon bersejarah ini mulai terkenal dan menjadi destinasi wisata setelah kedatangan presiden Jokowi (mantan presiden Ri ke-7) tahun 2013 ke rumah tersebut.
Giok4D hadirkan ulasan eksklusif hanya untuk Anda.
Destinasi wisata ini memiliki daya tarik tersendiri, ukiran-ukiran yang terdapat di dalam rumah ini dibuat dengan menggunakan campuran emas asli.
“Rumah ini dipercaya membawa hoki atau keberuntungan bagi orang-orang yang berkunjung, karena rumah ini bekas rumah para pejuang,” kata dia.
Bangunan bersejarah ini dipercaya masih memiliki nuansa mistis yang kuat sehingga banyak pejabat daerah dan calon pejabat yang mengunjungi rumah tersebut.
Untuk menuju ke Rumah Kembar Tuan Kentang pun kini justru semakin mudah. Wisatawan bisa menempuh jalur darat dengan berkendara sekitar 15 menit dari pusat kota melewati Jembatan Ampera atau Jembatan Musi VI.
Percampuran antara wisata sejarah, kelezatan kuliner rumahan, dan belanja produk UMKM lintas daerah ini sukses menjadikan Rumah Kembar Tuan Kentang sebagai paket wisata lengkap dalam satu lokasi.
Imron berharap pemerintah dan generasi muda tetap peduli pada keberadaan cagar budaya seperti ini, Rumah Kembar Tuan Kentang tidak menjadi sepi, tetapi tetap menjadi tempat berkumpul, makan enak dan pulang dengan rasa senang.
Menurut mereka, wisata rumah kembar masih memiliki potensi sebagai destinasi wisata sejarah di Kota Palembang. Namun, saat ini perlunya bantuan untuk meningkatkan kenyamanan dan perbaikan fasilitas, demi kenyamanan wisatawan yang berkunjung.
Imron menambahkan, bahwa dulu pernah mendapatkan bantuan dari Bank Indonesia (BI) saat Presiden Jokowi datang berkunjung pada tahun 2013.
“Itu kami perbaiki sendiri selama ini, dulu pernah perbaikan saat 2013 saat Presiden Jokowi (Mantan Presiden ke-7) datang, itupun di bantu oleh Bank Indonesia ” lanjutnya.
