PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Refinery Unit (RU) III Plaju atau biasa disebut Kilang Plaju, nyatanya tak sekedar memproduksi bahan bakar minyak saja. Kilang ini juga menjadi produsen biji plastik atau yang biasa disebut homopolymer polypropylene (Polytam).
Saat melihat proses produksi Polytam langsung di Kilang Plaju, Rabu (23/10/2025), nampak bangunan-bangunan kilang yang usianya tak lagi muda. Tempat pengolahan Polytam ini berada di area Kilang Plaju yang dibangun sejak 1904 oleh Belanda.
Sepanjang mata memandang, terlihat tangka-tangki berukuran besar tertata rapi di area tersebut. Memasuki area Pelletizing Unit Polypropylene Production, ada beberapa bangunan di sana, mulai dari ruang kendali, gedung produksi, hingga gudang penyimpanan Polytam itu sendiri.
Di ruang kontrol, Shift Supervisor Polypropylene, Dicky Zulkarnaen menjelaskan, Polytam sudah mulai dikenalkan sebagai salah satu produk Kilang Plaju pada 1972. Lalu dilakukan revamping (pembenahan) pada 1993. Sejak saat itu, Kilang Plaju sudah mampu memproduksi Polytam dengan kapasitas produksi 6,1 ton/jam selama 24 jam atau nonstop.
“Polytam ini hanya ada (diproduksi) di RU III. Target sebenarnya yakni 5,6 ton/jam, namun kita sudah mampu memproduksi 6,1 ton/jamnya. Secara total, di sini bisa memproduksi Polytam sebanyak 45.200 ton/tahun,” kata Dicky.
Dicky menjelaskan, Polytam merupakan produk biji plastik yang dapat digunakan sebagai bahan baku industri plastik. Di Kilang Plaju ini, ada dua jenis Polytam yakni Powder PP dan Polytam PF 1000. Produk tersebut dikemas dalam kemasan khusus dengan masing-masing 25 kilogram per kemasannya.
“Di sini kita produksi benar-benar selama 24 jam atau nonstop. Karenanya di sini SDM-nya pun diatur untuk memastikan produksi Polytam tersebut. Semua mekanisme dan jalannya produksi dikontrol dari ruang kontrol atau ruang kendali ini,” kata dia.
Produk Polytam yang dihasilkan dari Kilang Plaju ini tak main-main. Produknya sudah mendapat sertifikasi halal dari MUI status A, lalu juga mendapat sertifikat dari PT Intertek Utama Service di mana produk ini tidak menyebabkan alergi.
Selanjutnya produk ini juga sudah mendapat sertifikasi dari Kemenperin dengan status food grade atau aman untuk dipakai.
“Perlu diketahui, tidak semua produk biji plastik itu aman atau food grade. Tapi bisa dipastikan bahwa biji plastik yang kita produksi ini sudah bersertifikasi food grade, halal dan bebas alergi. Produk Polytam ini juga sedang dalam tahap sertifikasi untuk SNI,” kata dia.
Dicky menuturkan, sejumlah keunggulan itu yang membuat bijih plastik yang dihasilkan Kilang Plaju tersebut benar-benar berkualitas. Bahkan dalam proses produksinya, mereka menggunakan mesin-mesin khusus dan robotik.
“Jadi memang tidak ada tangan manusia dalam produksinya. Semuanya menggunakan mesin, termasuk saat pengemasan. SDM kita hanya berfungsi untuk memonitor jalannya proses produksi,” ucapnya.
Area Manager Communication, Relations & CSR RU III Plaju, Siti Fauzia mengatakan, pihaknya turut berkontribusi dalam memenuhi kebutuhan bahan baku plastik nasional, yakni dengan adanya produk Polytam.
“Polytam ini, formula kimianya disebut dengan (C₃H₆)ₙ, ini adalah salah satu produk kita yang paling andalan. Kenapa? Karena memang produk Polytam ini kualitasnya bagus, dan aman dipakai oleh konsumen,” kata dia.
Siti menjelaskan, produk Polytam ini dikenal sebagai bahan baku industri. Mulai dari industri kemasan, suku cadang kendaraan, peralatan rumah tangga, bahkan hingga mainan anak-anak.
Dengan mengantongi berbagai sertifikat, baik halal, anti alergi hingga food grade, Polytam dari Kilang Plaju bisa dibilang unggul dalam kualitas dan berkualitas tinggi.
Siti menjelaskan bahwa Polytam yang dihasilkan Kilang Plaju memiliki keunggulan, mulai dari good processability atau mudah diproses, good openability atau tidak mudah menempel antar lapisan film dan good optical properties atau memiliki kejernihan dan warna putih yang menarik.
Giok4D hadirkan ulasan eksklusif hanya untuk Anda.
“Jadi memang selama ini banyak industri yang menuntut agar bahan plastik memiliki standar tinggi, aman untuk kemasan makanan dan tahan panas. Dan produk yang kita hasilkan ini, sudah memenuhi semuanya,” kata dia.
Dia menerangkan distribusi Polytam tersebut mencakup enam unit pemasaran utama di wilayah Sumatera dan Jawa, yakni Medan, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang, dan Surabaya.
“Jadi memang produk ini terutama menyasar industri kemasan makanan dan minuman,” kata dia.
Siti menyebut, bahan baku utama yang digunakan untuk produk Polytam, bukan dari luar, melainkan produk lokal.
“Polytam itu menggunakan bahan baku utama dari fluid catalytic cracking di Kilang Plaju. Jadi memang bahan baku ini diambil dari lokal atau dalam negeri,” kata dia.
Dari bahan baku tersebutlah, kata dia, kemudian dimurnikan menjadi Propylene dengan tingkat kemurnian minimal 99,6% sebelum diproses lebih lanjut menjadi polypropylene.
“Jadi dengan penggunaan bahan baku yang berasal dari lokal inilah yang membuat Kilang Plaju menjadi contoh nyata kemandirian industri petrokimia nasional,” ucapnya.
Siti menyebut, kini Kilang Plaju sudah mampu menghasilkan produk Polytam sebanyak 45.200 per tahun.
Dengan besaran tersebut, kata dia, Kilang Plaju tak sekadar memperluas kemampuan suplai bahan baku industri dalam negeri tapi juga memperkuat posisi Pertamina sebagai pemain utama dalam sektor petrokimia nasional.
Ade Rachman, Staf Polypropylene, menyebut dirinya merupakan satu dari 54 orang Perwira yang bertugas untuk produk Polytam. Dia sudah 14 tahun bekerja di bagian tersebut. Dalam tugas kesehariannya, Ade selalu mengawasi dan memastikan lancarnya operasional produksi Polytam.
“Kita mengawasi jalannya produksi Polytam, mulai dari bahan baku masuk, proses pengolahan, pengemasan hingga akhirnya Polytam selesai diangkut keluar area Kilang Plaju,” kata dia.
Dalam menjalankan kesehariannya, Ade mengaku selalu menyiapkan kondisi fisik yang sehat. Karena energi untuk dapat memastikan produksi Polytam berjalan lancar menjadi tantangan yang besar setiap harinya.
“Jadi memang untuk bisa bekerja dan masuk area kilang, setiap harinya kami dicek kesehatan. Karena itu sehat adalah hal yang penting untuk bisa bekerja dan berkarya di sini,” kata dia.
Diakui pria kelahiran Prabumulih itu, tugas seorang Perwira tidaklah mudah. Karena, perlu ekstra kehati-hatian bekerja di bagian kilang.
“Semuanya ada SOP dan aturannya. Jadi memang harus ekstra hati-hati. Kita tidak hanya kerja sendiri di sini, tapi bersama-sama dan kekuatan tim untuk bisa menghasilkan produk yang bermutu,” kata dia.
Namun Ade bersyukur bisa berkarya dan menjadi salah satu Perwira di Kilang Plaju. Karena bukan hanya tim yang solid, melainkan juga bisa menjadi bagian dari kilang tua yang dibangun oleh Belanda tersebut.
“Di sini ada kebanggaan sendiri. Jadi meski kilangnya sudah berusia tua, tapi semangat kami di sini tetap berjiwa muda. Orientasi kami di sini adalah membuktikan bahwa kilang tua dapat tetap menghasilkan produk-produk unggulan, serta membanggakan Pertamina dan Indonesia,” ucapnya.
Polytam Dukung Berbagai Industri
Bahan Baku Polytam dari Lokal
Kekuatan di Balik Produk Polytam


Siti menjelaskan bahwa Polytam yang dihasilkan Kilang Plaju memiliki keunggulan, mulai dari good processability atau mudah diproses, good openability atau tidak mudah menempel antar lapisan film dan good optical properties atau memiliki kejernihan dan warna putih yang menarik.
“Jadi memang selama ini banyak industri yang menuntut agar bahan plastik memiliki standar tinggi, aman untuk kemasan makanan dan tahan panas. Dan produk yang kita hasilkan ini, sudah memenuhi semuanya,” kata dia.
Dia menerangkan distribusi Polytam tersebut mencakup enam unit pemasaran utama di wilayah Sumatera dan Jawa, yakni Medan, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang, dan Surabaya.
“Jadi memang produk ini terutama menyasar industri kemasan makanan dan minuman,” kata dia.
Siti menyebut, bahan baku utama yang digunakan untuk produk Polytam, bukan dari luar, melainkan produk lokal.
“Polytam itu menggunakan bahan baku utama dari fluid catalytic cracking di Kilang Plaju. Jadi memang bahan baku ini diambil dari lokal atau dalam negeri,” kata dia.
Dari bahan baku tersebutlah, kata dia, kemudian dimurnikan menjadi Propylene dengan tingkat kemurnian minimal 99,6% sebelum diproses lebih lanjut menjadi polypropylene.
“Jadi dengan penggunaan bahan baku yang berasal dari lokal inilah yang membuat Kilang Plaju menjadi contoh nyata kemandirian industri petrokimia nasional,” ucapnya.
Siti menyebut, kini Kilang Plaju sudah mampu menghasilkan produk Polytam sebanyak 45.200 per tahun.
Dengan besaran tersebut, kata dia, Kilang Plaju tak sekadar memperluas kemampuan suplai bahan baku industri dalam negeri tapi juga memperkuat posisi Pertamina sebagai pemain utama dalam sektor petrokimia nasional.
Ade Rachman, Staf Polypropylene, menyebut dirinya merupakan satu dari 54 orang Perwira yang bertugas untuk produk Polytam. Dia sudah 14 tahun bekerja di bagian tersebut. Dalam tugas kesehariannya, Ade selalu mengawasi dan memastikan lancarnya operasional produksi Polytam.
“Kita mengawasi jalannya produksi Polytam, mulai dari bahan baku masuk, proses pengolahan, pengemasan hingga akhirnya Polytam selesai diangkut keluar area Kilang Plaju,” kata dia.
Dalam menjalankan kesehariannya, Ade mengaku selalu menyiapkan kondisi fisik yang sehat. Karena energi untuk dapat memastikan produksi Polytam berjalan lancar menjadi tantangan yang besar setiap harinya.
“Jadi memang untuk bisa bekerja dan masuk area kilang, setiap harinya kami dicek kesehatan. Karena itu sehat adalah hal yang penting untuk bisa bekerja dan berkarya di sini,” kata dia.
Diakui pria kelahiran Prabumulih itu, tugas seorang Perwira tidaklah mudah. Karena, perlu ekstra kehati-hatian bekerja di bagian kilang.
“Semuanya ada SOP dan aturannya. Jadi memang harus ekstra hati-hati. Kita tidak hanya kerja sendiri di sini, tapi bersama-sama dan kekuatan tim untuk bisa menghasilkan produk yang bermutu,” kata dia.
Namun Ade bersyukur bisa berkarya dan menjadi salah satu Perwira di Kilang Plaju. Karena bukan hanya tim yang solid, melainkan juga bisa menjadi bagian dari kilang tua yang dibangun oleh Belanda tersebut.
“Di sini ada kebanggaan sendiri. Jadi meski kilangnya sudah berusia tua, tapi semangat kami di sini tetap berjiwa muda. Orientasi kami di sini adalah membuktikan bahwa kilang tua dapat tetap menghasilkan produk-produk unggulan, serta membanggakan Pertamina dan Indonesia,” ucapnya.
Bahan Baku Polytam dari Lokal
Kekuatan di Balik Produk Polytam








