Puncak kemarau di Sumatera Selatan tahun ini diprediksi terjadi pada Agustus-Oktober. Kemarau ini disebut akan lebih kering dan lama dibandingkan tahun kemarin.
“Menurut BMKG kondisi kemarau tahun ini akan lebih kering dan lebih panjang dibandingkan 2024, tapi tidak lebih kering dibandingkan 2023. Puncak kemarau pada tahun ini prediksinya dari Agustus-Oktober,” ujar Kepala Pelaksana BPBD Sumsel M Iqbal Alisyahbana, Rabu (4/6/2025).
Antisipasi dini menjelang puncak kemarau itu dengan penetapan status di tingkat provinsi. Sumsel dalam waktu dekat akan menaikkan status siaga bencana asap akibat karhutla pasca OKI, Prabumulih, PALI, dan Muba telah menetapkan terlebih dahulu.
Setelah penetapan, BPBD Sumsel akan mengajukan bantuan 4 helikopter kepada BNPB dan OMC (operasi modifikasi cuaca). OMC akan menyasar daerah yang memiliki lahan gambut cukup banyak.
“OMC akan menyasar daerah-daerah yang memiliki lahan gambut luas, namun tentunya akan melihat titik-titik awan hujan. Kita ingin menjaga agar lahan gambut tetap basah,” terangnya.
Iqbal menjelaskan beberapa daerah yang memiliki lahan gambut luas, seperti OKI, Ogan Ilir, Banyuasin, Muba, PALI, dan Muara Enim.
“Daerah dengan lahan gambut cukup luas akan jadi atensi kita. Kita juga mendorong daerah rawan karhutla untuk segera menetapka status siaga, agar kesiapsiagaan personel, peralatan, dan perlengkapan sudah dilakukan,” katanya.
Beberapa daerah rawan karhutla yang belum menetapkan status siaga adalah Ogan Ilir, Banyuasin, Muara Enim, OKU, OKU Timur, OKU Selatan, Mura, Muratara, dan Lahat.
“Ada 12 daerah yang rawan terhadap karhutla di Sumsel,” tukasnya.