Sate Madura Bang Lesap, Hidden Gem Palembang yang Tak Pernah Sepi Ojol

Posted on

Kota Palembang bukan hanya terkenal dengan makanan olahan ikan, seperti pempek ataupun tekwan. Di Palembang ada kuliner sate hidden gem atau lokasinya tak begitu strategis namun tak pernah sepi dari kurir makanan online. Namanya Sate Madura Bang Lesap.

Lokasi kedai tersebut tersembunyi di Lorong Beringin, Jalan Letnan Kasnariansyah, Kelurahan 20 Ilir D-IV, Kecamatan Ilir Timur I, Palembang.

Tak ada papan nama mencolok sebagai penanda saat memasuki jalan tersebut. Saat melewati lorong, barulah terlihat asap pembakaran sate yang tak pernah berhenti mengepul dan jejeran motor kurir makanan terparkir menunggu pesanan.

Baik sejak pagi, jam makan siang, bahkan hingga tengah malam, kurir makanan dari berbagai aplikasi tak berhenti keluar masuk lorong mengambil pesanan sate tersebut.

Pemilik kedai bernama Nadin menceritakan, awalnya ia hanyalah pedagang sate keliling yang berjualan dengan gerobak. Sejak tahun 2005, ia berjualan menyusuri Talang Betutu Sukarami hingga kawasan Balayudha, Kemuning.

“Dulu awalnya gerobak keliling sendirian, mulai tahun 2005 dari Perumahan Rakyat sampai Balayudha. Sejak tahun 2018 Alhamdulillah sudah stay di sini,” ujar Nadin saat ditemui di kedai sate miliknya, Sabtu (27/9/2025).

Buka Hampir 24 Jam, Ratusan Kg Daging Habis Tiap Hari

Nadin menjelaskan, kedainya yang terletak tak jauh dari Korem 004/Garuda Dempo itu buka mulai pukul 07.30-24.00 WIB. Ia juga menyebut ada 3 cabang lain bernama Sate Madura Nadin, yaitu di KM 5, Talang Ratu, dan Pakjo.

“Kami buka sekitar pukul 07.30-24.00 WIB. Kalau 3 cabang lain, baru dibuka setiap pukul 16.30 WIB,” rincinya.

Buka hampir 24 jam, ratusan kilogram daging ayam dan sapi diolah setiap harinya. Nadin menyebut, pihaknya bisa memproduksi hingga 160 kg daging per hari.

“Saat ramai, bisa produksi sampai 160 kg per hari. Kalau hari biasa, 100-130 kg daging ayam atau sapi,” ujarnya.

Tak heran, ia memboyong 10 orang saudaranya dari Madura hanya untuk membantu memotong dan menusuk daging. Bahkan, panggangan satenya bisa untuk 10 porsi sate atau 100 tusuk dalam sekali bakar.

Ramainya pembeli juga didukung dari harga yang relatif terjangkau. Menurutnya, harga sate yang ia jual berkisar pada Rp 16-22 ribu saja. Tak hanya sate, kedai tersebut juga menjual nasi goreng dan soto sebagai pilihan.

“Sate dengan kulit harganya Rp 16 ribu, untuk yang full daging Rp 20 ribu. Kalau pakai lontong, jadi ditambah Rp 2 ribu,” rincinya.

Manfaatkan Teknologi Untuk Pemasaran

Kesuksesan tersebut, kata dia, tak terlepas dari aplikasi pesan antar makanan. Menurutnya, keunggulan dari Sate Madura Bang Lesap adalah banyaknya promo yang disediakan aplikasi.

Demi mengikuti tren teknologi yang makin berkembang, pembeli tak harus memiliki uang tunai untuk mendapatkan makanannya. Nadin menyebut, kedainya menerima pembayaran dengan QRIS maupun transfer ke rekening bank atas namanya.

Salah satu kurir makanan, Joni (43) mengamini banyaknya pesanan di Sate Madura Bang Lesap.

“Iya satenya viral, sudah sering ambil makanan ke sini. Setiap ambil pesanan pun ramai tempatnya,” ungkap kurir berjaket hijau tersebut.

Warga Lorok Pakjo itu mengatakan, ia tak jarang harus mengambil nomor antrean karena pembeli yang sudah mengular. Bahkan, Joni pernah mengantre hingga lebih dari 30 menit.

“Pernah sampai nomor antrean 60, kadang bisa menunggu setengah jam bahkan lebih. Biasanya ramai di waktu makan siang, kalau malam bisa lebih ramai lagi,” ujarnya.

Jika ia sedang berada di sekitar lokasi, tak jarang pesanan ke kedai makanan tersebut ‘nyangkut’ di aplikasinya. Meski terletak di tengah kota, kata Joni, banyak pesanan sate berulang yang tak jarang harus diantar sampai perbatasan.

“Saya tidak tahu rasanya, tapi biasanya yang beli suka mengulang (order), beli lagi beli lagi. Tidak hanya dalam kota, tapi sampai pinggiran seperti Talang Jambe. Mungkin karena harganya terjangkau dan banyak promo di sini,” tutup Joni.