Suku Anak Dalam Jambi merupakan salah satu suku yang ada di Indonesia. Suku ini dikenal juga sebutan untuk Orang Rimba atau Suku Kubu yang memiliki populasi cukup besar dan hidup di pedalaman hutan Jambi dan Sumatera Selatan.
Dikutip website Komunitas Konservasi Indonesia Waris, sebutan lagi bagi Suku Anak Dalam Jambi adalah Suku Sembilan serta Talang Mamak. Berbeda dengan Orang Rimba yang bergaya hidup nomaden, Suku Sembilan dan Talang Mamak lebih bergaya hidup menetap.
Sebaran populasi Suku Anak Dalam Jambi hidup secara berkelompok dan berada di Kawasan Taman Nasional Bukit Dua Belas (TNBD). Populasinya sebanyak 2.546 jiwa (2017) yang terbagi menjadi beberapa wilayah.
Di kawasan Taman Nasional Bukit Tiga Puluh (TNBT) sekitar 474 jiwa (2013), serta di Kawasan hutan sekunder sepanjang jalan lintas Sumatera dengan populasi 1.373. Data tersebut juga termuat dalam website Komunitas Konservasi Indonesia Waris.
Sementara itu, Aliansi Masyarakat Adat Nusantara mengatakan populasi suku ini sebanyak 2.650 jiwa. Sekitar 50 kelompok kecil menyebar di dalam hutan. Mereka menepati hutan di TNBD, berbatasan empat kabupaten yaitu Batanghari, Tebo, Merangin, dan Sarolangun.
Dalam berbagai literatur, asal usul Suku Anak Dalam Jambi memiliki beragam versi yang berkembang. Seperti dalam Aliansi Masyarakat Adat Nusantara yang menceritakan leluhur Suku Anak dalam Jambi adalah Maalau Sesat yang meninggalkan keluarga karena pertengkaran. Ia berlari ke sekitar Air Hitam yang saat itu Bernama Puyang Segayo.
Sedangkan versi lain menyebutkan, asal usul Suku Anak Dalam merupakan keturunan orang Pagaruyung, Sumatera barat. Sejumlah masyarakat diutus oleh Raja Pagaruyung ke Jambi, namun mereka gagal melaksanakan tugas.
Karena terlalu malu untuk kembali tanpa hasil, mereka memutuskan untuk melarikan diri ke hutan. Hingga saat ini mereka menjalani kehidupan dengan cara berkelompok.
Masyarakat yang tergolong dalam Suku Anak Dalam Jambi sudah lama tinggal di hutan hingga tidak mengenal peradaban. Faktor tersebut mempengaruhi pola hidup sehari hari. Bagi mereka, tinggal dan hidup di hutan sudah menjadi bagian kearifan lokal dan hukum adat.
Selain memiliki karakteristik hidup nomaden, Suku Anak Dalam memiliki adat sendiri yang kemudian menjadi ciri dan pola kehidupan mereka. Mereka memiliki seloko adat atau sistem sosial yang tumbuh dalam masyarakat.
Ada beberapa istilah yang berkaitan dengan pola kehidupan Suku Anak Dalam Jambi, di antaranya yakni:
Suku Anak Dalam Jambi bermukim dengan nomaden di hutan hutan.
Untuk memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari, orang Suku Anak Dalam melakukan cocok tanam.
Dalam kebutuhan papan mereka memanfaatkan bahan dari alam seperti daun dan kayu untuk pondasi dan atap rumah.
Salah satu ciri khas lain adalah berdinding kulit kayu.
Buah buahan yang bisa dimakan selain bercocok tanam mereka juga memanfaatkan buah buahan yang dapat dikonsumsi untuk kebutuhan pangan.
Meminum air yang keluar dari pohon, selain untuk menghilangkan dahaga juga bisa menjadi alternatif obat. Tidak hanya itu, mereka juga melakukan berburu hewan.
Berinteraksi satu sama lain telah ada dalam berlangsung sejak dulu. Hal ini yang membuat adat dan tradisi Suku Anak Dalam berkembang. Berikut beberapa tradisi yang ada di Suku Anak Dalam Jambi.
Budaya melangun merupakan budaya menepi dengan meninggalkan tempat tinggal dalam waktu sekitar 10 hingga 12 tahun. Hal ini dilakukan saat sedang berkabung.
Saat ini, masyarakat adat hanya melakukan melangun dilakukan 4 bulan sampai 1 tahun. Rentang waktu tersebut berkurang dari sebelumnya karena wilayah mereka semakin sempit imbas diambil alih oleh perusahaan dan dijarah masyarakat.
Sebuah aturan adat yang mengatur secara tegas atau pedoman hidup. Khususnya dalam mengambil Keputusan. Seloko menjadi prinsip dan tata dalam berperilaku dalam Suku Anak Dalam Jambi. Contohnya seperti “Di mano bumi dipijak di situ langit dijunjung” yang berarti di mana kita berada, di situ adat yang kita junjung, kita menyesuaikan diri.
Upacara yang dilakukan dengan duduk bersama-sama memohon kepada Tuhan agar diberikan kedamaian dan Kesehatan, dihindarkan dari ancaman bahaya. Dilakukan saat malam hari, dilengkapi dengan sesajen berupa kemenyan, bunga, dan sajen perkawinan. Tradisi ini biasa dilakukan dalam rangka pengobatan atau tolak bala.
Keberagaman yang ada di dalam Suku Anak Dalam Jambi merupakan warisan budaya yang unik dan mempunyai nilai. Bagaimana mereka beradaptasi dalam keseharian dengan keterbatasan yang dimiliki masyarakat pada umumnya. Bagaimana Suku Anak Dalam dapat hidup berdampingan dengan Alam sekitarnya.
Itulah penjelasan tentang Suku Anak Dalam Jambi mulai dari asal-usul, pola hidup, hingga tradisinya. Semoga berguna, ya.