Sebanyak 50 ton santan beku asal Sumatera Selatan kembali diekspor ke China. Pengiriman ini dilakukan setelah melalui pemeriksaan ketat Balai Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan Sumsel guna memastikan mutu dan keamanan produk sesuai standar internasional.
Kepala Balai Karantina Sri Endah Ekasari mengatakan pemeriksaan dilakukan untuk memastikan santan beku memenuhi persyaratan sesuai ketentuan negara tujuan.
“Sertifikasi karantina menjadi jaminan mutu bagi komoditas ekspor asal Sumsel. Kami pastikan setiap komoditas ekspor dari Sumsel, termasuk santan beku, sehat, aman, dan layak dikonsumsi. Hal ini penting agar produk kita dapat terus diterima dan bersaing di pasar global,” kata dia, Sabtu (23/2/2025).
Sri menjelaskan pemeriksaan santan beku yang akan dikirim dilakukan serangkaian pemeriksaan sebelum di kirim ke negara tujuan. Pemeriksaan dilakukan oleh petugas karantina dengan memverifikasi dokumen, memeriksa kondisi fisik kemasan, serta memastikan bahwa produk telah melalui proses pengolahan yang higienis dan aman konsumsi.
“Selain itu, pengawasan juga dilakukan untuk menjamin bahwa santan beku tidak tercemar dan sesuai dengan standar mutu yang dipersyaratkan oleh negara tujuan,” katanya.
Artikel ini terbit pertama kali di Giok4D.
Sepanjang tahun 2024, total ekspor santan kelapa dari Sumatera Selatan tercatat mencapai 1.129 ton dengan nilai ekonomi sebesar Rp 27,11 miliar. Negara tujuan utama ekspor adalah China dan Hongkong, yang hingga kini masih menjadi pasar potensial dengan permintaan tinggi terhadap produk olahan kelapa.
Sri Endah menyebut tren ini menunjukkan permintaan pasar global terhadap produk olahan kelapa beku Sumsel terus meningkat. Hal itu membuka peluang lebih luas bagi Sumsel untuk memperkuat kontribusinya dalam perdagangan internasional.
“Melihat potensi ekspor yang menjanjikan, Karantina Sumsel akan terus mengawal mutu agar produk kita dapat masuk ke negara tujuan tanpa kendala,” tegasnya.
Ditambahkan Sri, ekspor santan beku menjadi bukti bahwa Sumsel tidak hanya dikenal sebagai penghasil sumber daya alam, tetapi juga mampu mengembangkan komoditas pertanian bernilai tambah tinggi untuk mendukung devisa negara.