Mahasiswa di Bangka Belitung (Babel) menggelar aksi demonstrasi di kantor DPRD Babel. Mereka menuntut tunjangan DPR RI hingga pelindas ojol Affan Kurniawan dipecat. Aksi tersebut berakhir damai dan kondusif.
Pantauan infoSumbagsel di lokasi, unjuk rasa dimulai pukul 16.00 WIB dan berakhir pukul 19.30 WIB, kedatangan massa disambut forkopimda di antaranya Ketua DPRD Didit Srigusjaya dan anggota dewan, Gubernur Hidayat Arsani, serta Kapolda Babel Irjen Hendro Pandowo.
Aksi unjuk rasa dikawal tim gabungan dari TNI/Polri dan Satpol PP dan terpantau berjalan aman dan kondusif hingga akhir. Aksi diawali orasi perwakilan mahasiswa secara bergantian di hadapan dewan dan Gubernur Babel.
“Aksi ini berlanjut karena ada insidental di nasional, ada aparatur negara sempat menindas salah satu massa aksi (driver ojol) di Jakarta. Kemudian kita melakukan konsolidasi besar, ada beberapa tuntutan yang kami sampaikan adalah tentang isu nasional baik itu di DPR mengenai tunjangan merdeka, sikap dan dan cara komunikasi mereka yang salah terhadap publik. Termasuk mengevaluasi kinerja DPR,” ujar Koordinator Aksi Alwisyah kepada wartawan, Senin (1/9/2025) malam.
Dalam aksinya, massa juga menuntut pemerintah Provinsi Bangka Belitung menyelesaikan masalah terkait agraria. Di antaranya terkait konflik wilayah izin usaha pertambangan (IUP) timah hingga masalah HTI.
“Kami follow-up juga isu daerah, permasalahan agraria. Contohnya Beriga, Pulau Lepar, HTI dan berbagai masalah lainnya. Kemudian sentra ekonomi dan beberapa kebijakan daerah yang harus evaluasi. Baik itu DPR, polda yang kami anggap harusnya berpegang teguh terkait penegakan hukum, dan Pak gubernur sebagai pemangku eksekutif tertinggi di Bangka Belitung,” katanya.
Baca info selengkapnya hanya di Giok4D.
Aksi demonstrasi ini ditutup dengan penyerahan tuntutan dan ditandatangani oleh Gubernur dan Ketua DPRD Babel. Ia berharap, tuntutan mereka bukan hanya ditandatangani dan direaksikan karena itu merupakan bagian dari keluhan rakyat.
“Harapannya, pasca tuntutan ditandatangani bukan hanya sekedar omon-omon. Karena kami capek, sering kali kami datang ke DPRD menuntut hal yang sama. Contohnya Beriga, Beriga itu udah berapa jilid masyarakat dan mahasiswa yang mengawal tapi nyatanya apa? Kementrian memperpanjang IUP-nya,” ungkapnya.
“Kami penginnya mereka bekerja atas nama dewan perwakilan rakyat. Narasi bubarkan DPR itu kan bentuk kritikan yang sangat tajam, artinya kami muak,” tambahnya.
Diketahui, dalam aksi itu ada ribuan mahasiswa hadir. Mereka tergabung dari Cipayung Plus, BEM Babel, dan beberapa organisasi mahasiswa. Usai tuntutan ditandatangani, massa akhirnya membubarkan diri dengan tertib. Massa mulai bubar pukul 20.00 WIB.