NurulAnggrainiPratiwi, satu-satunya perempuan dalam tim penyelamatan Bilqis balita asal Makassar yang ditemukan di komunitas adat Suku Anak Dalam (SAD) atau Orang Rimba di Kabupaten Merangin, Jambi. Di tengah gelapnya malam, Nurul menembus hutan dan membujuk Bilqis penuh hangat sampai ke pelukannya.
Nurul merupakan aparatur sipil negara (ASN) yang bertugas sebagai pekerja sosial Ahli Pertama di Dinas Sosial Kabupaten Merangin. Dia merupakan alumni Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung, di bawah naungan Kementerian Sosial.
Bergabung dengan tim kepolisian dan bermediasi dengan Orang Rimba merupakan panggilan jiwa bagi perempuan sekaligus ibu rumah tangga berusia 31 tahun itu.
Selama 2 hari, 7-8 November 2025, tim gabungan mencari dan bernegosiasi untuk menyelamatkan Bilqis.
Tekad Nurul untuk menyelamatkan Bilqis mengatasi segala batasan. Pada hari kedua pencarian, 8 November, ia menerima telepon mendesak dari tim yang sudah berada di lapangan.
Saat itu, Nurul sedang berada di Bungo, sekitar dua jam perjalanan dari Merangin. Tanpa berpikir panjang, ia langsung menghubungi suaminya untuk izin dan berangkat.
“Saya di hari kedua baru bergabung karena saya ada di Bungo saat itu, saya ditelepon untuk ke Merangin. Saya izin orang rumah (suami) langsung berangkat,” cerita Nurul saat ditemui infoSumbagsel, Sabtu (15/11/2025).
Dengan bekal pengalaman dan ketekunan yang dimilikinya, Nurul memulai proses negosiasi dengan pihak Orang Rimba di Desa Mentawak, Merangin, yang merawat Bilqis.
Nurul bukan orang baru yang berhadapan dengan Orang Rimba. Dia sudah dikenal baik oleh kelompok Orang Rimba, terutama yang mendiami di Merangin.
“Orang tua (bapak) saya dulu juga orang juga mengurus Suku Anak Dalam di Lembaga Peduli Suku Anak Dalam, sehingga nggak kaget,” ucapnya.
Tiga tumenggung ikut turun melakukan mediasi saat itu. Mereka ialah, Tumenggung Sikar, Tumenggung Jon, dan Tumenggung Roni. Pun dari kepolisian Polres Merangin dan Polrestabes Makasaar juga ikut dalam mediasi tersebut.
Saat mediasi itu, kata Nurul, semua sepakat bahwa Bilqis haru dikembalikan ke orang tua aslinya. Tiga tumenggung juga legawa untuk menyerahkan Bilqis.
“Mereka setuju ananda Bilqis kembali ke orang tuanya,” kata Nurul.
Kata Nurul, proses membujuk Bilqis itu berlangsung kurang lebih 30 menit. Nurul pun turut merasakan kesedihan dari Begendang dan Nerikai sebagai orang tua angkat Bilqis.
“Dari induk angkatnya itu bilang kami nggak tahu dia (Bilqis) korban penculikan, kami tahunya dia anak terlantar,” ujarnya.
Di sisi lain, Nurul memahami kondisi psikologis Bilqis yang merasa takut saat bertemu dengannya. Hal ini dikarenakan sebelumnya Bilqis berpindah-pindah dari tangan sindikat penculikan anak.
“Mungkin juga secara psikologis, karena anak ini berpindah-pindah, jadi dia merasa aman bersama Suku Anak Dalam ini. Jadi wajar (Bilqis) secara psikologis merasa aman,” ucap Nurul.
Saat membujuk itu, Nurul memperkenalkan dirinya dan meyakinkan Bilqis untuk diantar kepada orang tua aslinya di Makassar. Hingga Bilqis pun berakhir di pelukan Nurul, dan dia langsung masuk ke mobil bersama tiga tumenggung.
“Di mobil saya ambil, saya dilindungi sama tiga tumenggung,” katanya.
Ketika di mobil, Bilqis awalnya masih menangis dan merasa takut. Tapi, Nurul terus berupaya menenangkannya dan juga menyakinkan Bilqis bahwa tiga laki-laki tua yang menemaninya adalah orang baik.
“Kita di mobil, kita tanya-tanya di mobil juga, ketika di mobil anaknya masih takut juga, mungkin karena aku penculik juga, mungkin menganggap seperti itu, karena saya orang baru dan gelap di sana. Kita di mobil kenalan dulu, kita sampaikan akan kembalikan kamu ke orang tua,” terangnya.
Setelah merasa aman, mereka memberi tahu anggota kepolisian bahwa Bilqis sudah berhasil dibawa. Nurul dan tumenggung bergegas menuju tempat titik aparat kepolisian berkumpul dan menuju Polres Merangin.
Di tengah perjalanan itu, anggota Polrestabes Makassar menelepon panggilan video ke orang tua Bilqis. Dari telepon itu, Bilqis merasa aman dan tak lagi menangis.
“Pada dasarnya anak itu butuh perlindungan dan merasa aman saja, karena mungkin dia kaget dan syok ketika berpindah-pindah,” ungkap Nurul.
Tiba di Polres Merangin, Nurul mengganti baju Bilqis yang telah disiapkan oleh pihak kepolisian. Nurul sambil bermain dengan Bilqis, untuk memastikan bahwa bocah tersebut sudah tenang dan merasa aman.
Ketika diberi pena dan kertas, Bilqis sempat menggambar bentuk balon dan dua orang manusia. Gambar itu disampaikan kepada Nurul, dan gambar bentuk manusia itu disebut Bilqis sebagai ayah dan ibunya.
“Dari gambar itu menjelaskan bahwa dia sudah merasa tenang dan aman. Bahkan, Bilqis sempat berkali-kali menujuk ayahnya. Kalau saya baca dia punya kedekatan dengan ayahnya,” ungkap Nurul.
Perlu diketahui, Bilqis hilang saat bermain di Taman Pakui Sayang, Jalan AP Pettarani, Makassar, Minggu (2/11). Bilqis saat itu ikut ayahnya yang bermain tenis di taman tersebut.
Polisi telah mengungkap kasus ini dengan menetapkan 4 orang tersangka tindak pidana perdagangan orang. Para tersangka ialah, wanita inisial SY (30) warga Makassar, wanita NH (29) warga Sukoharjo, wanita NA (42) dan pria AS (36) warga Merangin, Jambi.
