Potret Rumah Tinggal Dua Bocah Penderita Cacingan di Seluma

Posted on

Dua bocah di Seluma, Bengkulu, bernama Khaira Nur Shabrina (1,8) dan Aprillia (4) menjadi sorotan saat ini. Keduanya didiagnosa mengalami kecacingan dan kini sudah dirawat intensif di RSUD M Yunus Bengkulu.

Selain kondisi kedua bocah tersebut, rumah tempat tinggalnya juga disorot karena disebut sebagai rumah tak layak huni. Berdasarkan video dan foto-foto yang diterima infoSumbagsel dari Dinas Kesehatan Seluma, rumah keduanya yang berada di Desa Sungai Petai, Kecamatan Talo Kecil, Seluma, itu terbuat dari kayu.

Rumahnya cukup memprihatinkan karena berlantai tanah merah dan kerikil batu. Tak ada alas seperti ubin ataupun tikar di rumah tersebut. Bukan hanya di ruang tamu, di kamar tidur pun tak ada alasnya.

Rumah tersebut terlihat berdinding papan kayu yang tidak tertutup sepenuhnya. Dinding papan hanya menutup sebagian rumah. Begitu pintu rumahnya hanya ala kadarnya. Sementara di bagian atap, terbuat dari seng, yang sebagian besar sudah berlubang.

Di bagian rumah, terdapat sumur yang tak tak berdinding dan hanya dikelilingi bambu. Tepat di samping sumur terdapat kamar mandi dan toilet kecil. Rumah tersebut tak memiliki dapur, mereka memasak menggunakan kayu yang langsung dibakar di atas lantai tanah.

Kadis Kesehatan Kabupaten Seluma, Rudi Syawaludin mengatakan tim dari Dinkes sangat terkejut dengan kondisi tempat.tinggal dua bocah penderita cacingan sebab rumah yang menjadi tempat tinggal mereka terlihat kumuh dan tidak layak dihuni.

“Rumah yang ditempati kedua bocah itu tidak layak huni, dengan kondisi dinding papan rusak, lantai masih tanah, serta lingkungan sekitar kotor dan dipenuhi kotoran ayam,” kata Rudi, Rabu (17/9/2025).

Rudi menjelaskan, bila hujan tiba air masuk pada bagian atap yang bocor, ditambah lantai yang masih tanah membuat rumah becek dan penuh lumpur. Bahkan tak jarang ayam yang menjadi peliharaan kerap masuk ke dalam rumah.

“Jadi kedua balita ini sehari-hari bermain di rumah, sebagian dinding rumah berlubang akibat dinding yang terbuat dari papan telah rusak dimakan usia,” jelas Rudi.

Rudi mengungkapkan, kondisi tempat tinggal kedua balita ini memiliki peran penting terkait kondisi penyakit yang dialami keduanya. Ditambah faktor ekonomi kedua orang tua balita tersebut.

“Rumah tersebut kita kategorikan tidak layak menjadi rumah bagi balita,” ucap Rudi.

Menanggapi kondisi tersebut, Gubernur Bengkulu, juga telah memerintahkan jajarannya untuk membangun rumah layak huni bagi keluarga pasien.

“Berapa pun anggarannya, semaksimal mungkin kita bantu sampai rumahnya layak untuk ditinggali,” ujarnya.

Gubernur berharap kasus serupa tidak kembali terjadi di kemudian hari. Ia juga mengingatkan masyarakat akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.