Program cetak sawah di Sumatera Selatan ditargetkan seluas 48 ribu hektare pada tahun ini. Program itu sebagai upaya Pemprov Sumsel untuk mendongkrak produksi padi sekaligus menjadikan Sumsel penyumbang pangan nasional dan peningkatan kesejahteraan petani.
Gubernur Sumsel Herman Deru mengatakan akan berkomitmen mendukung ketahanan pangan nasional. Saat ini, Sumsel berada di posisi kedua secara nasional dalam proyek cetak sawah skala besar, setelah Kalimantan Tengah.
“Target ini (48 ribu hektare) bukan semata karena kondisi alam yang mendukung, tetapi juga hasil penilaian Kementerian Pertanian terhadap kesiapan jajaran pertanian di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota,” ujar Deru, Kamis (22/5/2025).
Menurutnya, penghentian impor beras oleh pemerintah akan menjadikan Sumsel sebagai daerah penyangga. Produktivitas pertanian Sumsel akan memegang peran penting.
“Saat dilantik tahun 2018, Sumsel berada di posisi 8 penyumbang pangan nasional. Berkat kerja sama melalui program Serasi (selamatkan rawa, sejahterakan petani), kita kini masuk 5 besar nasional,” katanya.
Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan Andi Nur Alam mengatakan pihaknya berkomitmen mendukung percepatan program cetak sawah di Sumsel.
“Hari ini kita tunjukkan komitmen. Tanpa itu, program tidak akan berjalan. Mulai hari ini, tim harus langsung bergerak,” ujarnya.
Dia juga meminta dukungan Pemprov Sumsel agar tim di lapangan bekerja leluasa dan sesuai SOP. Dia menyebut tim tambahan dari Kalimantan Tengah akan segera bergabung membantu proses identifikasi data.
“Tolong beri ruang kepada mereka untuk mengumpulkan data. Targetnya, Senin sudah ada keputusan,” katanya.
Data tersebut akan digunakan untuk pengecekan spasial dan desain yang telah disiapkan.
“Dalam 2 minggu, kita targetkan 5.000 hektare rampung. Lalu melanjutkan ke 31.600 hektare berikutnya,” tambahnya.
Dalam pengelolaan lahan pertanian seluas 48 ribu hektar, Andi menyarankan penggunaan e-katalog.
“Kalau mau aman, gunakan e-katalog, bukan swakelola. Swakelola itu cocok untuk daerah kecil. Tapi untuk skala besar seperti ini, e-katalog jauh lebih efektif dan cepat,” tukasnya.
Sementara Kepala Dinas Pertanian Sumsel Bambang Pramono menambahkan cetak sawah di Sumsel sudah dilaksanakan kontrak Survei Investigasi dan Desain (SID) sejak Maret 5 ribu hektare, 14 Mei 11.600 hektare, dan 19 Mei 11 ribu hektare.
“Dan terakhir (sisanya) akan kontrak SID diawal Juni nanti sehingga totalnya 48.000 hektare,” ujarnya.
Menurutnya, Kementerian Pertanian mendorong agar lahan yang telah selesai kontrak SID segera dilaksanakan kontrak konstruksinya pada pekan depan.
“Jadi mengejar untuk konstruksi cetak sawah pada pada lahan yang sudah kontrak SID seluas 5 ribu hektare, tanpa menunggu semua (kontrak SID) selesai,” jelasnya.
Bambang menyebut, Sumsel dapat menambah jumlah produksi sebanyak 1 juta ton gabah kering giling (GKG) dari cetak sawah. Produksi Sumsel saat ini mencapai 2,94 juta ton GKG. Untuk wilayah tertinggi cetak sawah ada di OKI, OKU Timur, san OI dengan rata-rata luasan 11.200-11.600 hektare.