Masjid Seribu Tiang atau Masjid Agung Al-Falah Jambi menjadi salah satu ikon penting yang dimiliki Jambi. Masjid ini menjadi salah satu destinasi wisata religi yang ramai dikunjungi warga.
Ketua Harian Masjid Agung Al-Falah Jambi, Prof. Dr. H. Umar Yusuf, MA menceritakan bahwa awal pembangunan masjid ini pada tahun 1960-an. Saat itu, Pemerintah daerah Jambi bersama para tokoh-tokoh islam di Jambi berupaya agar didirikannya masjid besar buat dijadikan tempat ibadah yang kerap dikunjungi. Apalagi pembangunan masjid itu sengaja di lakukan di lokasi itu sebagai bentuk lokasi bersejarah yang mesti di jaga.
“Jadi pada tahun 1960-an itu masih rencana awal buat pembangunan masjid ini. Akan tetapi pembangunan masjid itu baru bisa berjalan ketika di tahun 1971 setelah belasan tahun berjalan sejak direncanakan pembangunan,” kata Umar, Senin (29/9/2025).
Untuk diketahui, lokasi Masjid Agung Al-Falah yang terletak di pusat Kota Jambi. Tepatnya di Jalan Sultan Thaha, Kecamatan Telanaipura, Kota Jambi.
Masjid dengan ciri khas terbuka tanpa sekat pintu itu sengaja dirancang untuk menjadi daya tarik tersendiri agar terlihat unik dan menarik perhatian para jamaah yang ingin beribadah.
Masjid Agung Al-Falah berdiri pada luas lahan yang mencapai 2,7 hektar, dan memiliki luas bangunan 6.400 meter persegi. Walau masjid ini dijuluki dengan masjid seribu tiang bukan berarti jumlah tiang masjid itu mencapai seribu melainkan hanya Meskipun memiliki julukan Masjid Seribu Tiang, nyatanya tiang-tiang penyangga masjid ini hanya berjumlah 232 tiang saja.
Prof Umar mengatakan, bahwa masjid yang menjadi kebanggaan daerah Jambi itu berdiri di lokasi lahan yang dulunya tempat kumpulnya para tentara Belanda pada masa penjajahan sebelum Indonesia merdeka.
Lahan itu, pada 1885 silam sempat dikuasai oleh Belanda untuk dijadikan kawasan Benteng bagi tentara Belanda.
“Dulunya sebelum dikuasai oleh Belanda, tempat ini sebelum menjadi lahan didirikannya masjid, ini ceritanya juga merupakan lahan yang dimiliki oleh kerajaan melayu Jambi yakni Sultan Thaha Syaifuddin,” ujar Umar.
Prof Umar yang juga merupakan tokoh ulama Jambi dan juga menjadi Imam Besar Masjid Al-Falah Jambi itu juga memiliki cerita banyak tentang sejarah berdirinya Masjid kebanggaan daerah Jambi tersebut. Kata Umar, masjid yang dikelilingi oleh taman-taman dan pepohonan yang rindang serta di pinggirannya dikelilingi terdapat kolam-kolam ikan, dinilai menjadi khas buat dijadikan tempat kenyamanan.
Dia menjelaskan, sebelum dikuasai oleh Belanda, tempat yang luas itu awalnya sebagai kawasan Istana bagi Raja Jambi yakni Sultan Thaha Syaifuddin. Kerajaan itu yang awalnya kokoh lalu kemudian runtuh hingga dikuasai oleh Belanda.
Namun, kata Umar, setelah dikuasai oleh Belanda, kemudian lahan itu berhasil dikuasai kembali oleh Indonesia hingga diambil alih oleh negara. Menurut Umar, setelah lahan itu masuk dalam pengelolaan pemerintah daerah Jambi, ide pembangunan masjid pun dimulai.
“Ide pembangunan masjid ini melibatkan banyak tokoh-tokoh penting dari Jambi ya kala itu,” sebut Umar.
Setelah ide direncanakan, proses pembangunan baru berjalan setelah 11 tahun berjalan. Dalam proses pembangunan itu, sebut Prof Umar dilakukan dengan cara penganggaran secara tiga tahap.
“Hanya untuk batasan tiga tahap ini yang masih kita belum ketahui, untuk tahapan pertama nya sampai batas mana, lalu hingga tahap ketiga bagaimana. Yang pasti kita ketahui ini tiga tahap, cara penganggarannya sampai akhirnya diresmikan,” jelas Umar.
Peresmian masjid ini berjalan pada 29 September 1980. Dimana usia masjid ini sekarang sudah masuk di usia genap yakni 45 tahun.
“Saat itu masjid ini diresmikan pembangunannya oleh Presiden Soeharto. Dan ini pastinya menjadi masjid kebanggaan bagi daerah Jambi ya, apalagi sudah 45 tahun sudah hari ini genap usianya berdirinya Masjid kebanggaan Jambi itu,” sebut Umar.
“Apalagi masjid ini masuk dalam pengelolaan oleh pemerintah Provinsi Jambi, sehingga perawatan maupun hal-hal lainnya itu dikelola oleh Pemerintah Provinsi Jambi,” terang Umar.
Umar mengaku, bahwa sejak masjid ini dibangun hingga sekarang ini selalu ramai dikunjungi. Apalagi masjid ini kerap dijadikan tempat acara-acara besar religi ataupun tausiyah dari para ulama-ulama besar yang mana pastinya diundang oleh Pemerintah Provinsi Jambi buat mengisi kerohanian buat warga Jambi.
Sejak dibangun masjid ini dapat menampung hingga 10 ribu jamaah sekaligus. Daya tarik kuat dan disenangi bagi setiap wisatawan baik lokal maupun dari luar buat masjid ini yakni tiangnya.
Kata dia, tiang-tiang masjid ini meski berjumlah 232 tiang. Tentunya tiang itu terbagi dalam dua jenis yakni tiang kecil untuk menyangga atap di bagian luar dan tiang yang dilapisi warna keemasan yang sangat besar terlihat di dalam masjid.
Masjid Agung Al-Falah ini selain disebut unik masjid tak berpintu pastinya masjid ini hingga saat ini menjadi masjid kebanggaan. Apalagi ini merupakan hari dimana sejarah masjid itu diresmikan hingga genaplah sudah usianya 45 tahun.
Masjid ini juga dirancang sangat kokoh dan kuat. Selain konsep terbuka tanpa sekat, Masjid Agung Al-Falah menyediakan berbagai fasilitas untuk mendukung kenyamanan dan kebutuhan para jamaah yang ingin singgah untuk menjalankan ibadah salat.
Sejak awal dibangun, Masjid Agung Al-Falah atau masjid seribu tiang hingga kini bentuknya masih tetap dipertahankan. Tidak ada yang berubah begitu signifikan sejak beberapa kali masjid ini direnovasi.
Pemerintah Provinsi Jambi selalu memberikan penganggaran bagi perawatan masjid agar terlihat lebih indah dan nyaman. Bahkan masjid ini sempat terlihat usang, hingga akhirnya diperbarui kembali dan diperindah oleh pemerintah Provinsi Jambi tanpa merubah bentuk awalnya.
“Yang pasti masjid ini menjadi masjid kebanggaan yang tentunya memiliki gaya unik dan menjadi ciri khas yang konsep terbuka dan sejuk sehingga masyarakat lebih nikmat menjalani ibadah. Tidak hanya itu saja, kenapa masjid ini tidak memiliki pintu, karena masjid ini juga di konsep menjadi masjid yang ramah akan pengunjung, jadi siapapun yang ingin menjalankan ibadah bisa dilakukan tanpa harus terkunci pintu nya, makanya di konsep masjid tanpa sekat pintu,” pungkasnya.
Umar mengaku, bahwa sejak masjid ini dibangun hingga sekarang ini selalu ramai dikunjungi. Apalagi masjid ini kerap dijadikan tempat acara-acara besar religi ataupun tausiyah dari para ulama-ulama besar yang mana pastinya diundang oleh Pemerintah Provinsi Jambi buat mengisi kerohanian buat warga Jambi.
Sejak dibangun masjid ini dapat menampung hingga 10 ribu jamaah sekaligus. Daya tarik kuat dan disenangi bagi setiap wisatawan baik lokal maupun dari luar buat masjid ini yakni tiangnya.
Kata dia, tiang-tiang masjid ini meski berjumlah 232 tiang. Tentunya tiang itu terbagi dalam dua jenis yakni tiang kecil untuk menyangga atap di bagian luar dan tiang yang dilapisi warna keemasan yang sangat besar terlihat di dalam masjid.
Masjid Agung Al-Falah ini selain disebut unik masjid tak berpintu pastinya masjid ini hingga saat ini menjadi masjid kebanggaan. Apalagi ini merupakan hari dimana sejarah masjid itu diresmikan hingga genaplah sudah usianya 45 tahun.
Masjid ini juga dirancang sangat kokoh dan kuat. Selain konsep terbuka tanpa sekat, Masjid Agung Al-Falah menyediakan berbagai fasilitas untuk mendukung kenyamanan dan kebutuhan para jamaah yang ingin singgah untuk menjalankan ibadah salat.
Sejak awal dibangun, Masjid Agung Al-Falah atau masjid seribu tiang hingga kini bentuknya masih tetap dipertahankan. Tidak ada yang berubah begitu signifikan sejak beberapa kali masjid ini direnovasi.
Pemerintah Provinsi Jambi selalu memberikan penganggaran bagi perawatan masjid agar terlihat lebih indah dan nyaman. Bahkan masjid ini sempat terlihat usang, hingga akhirnya diperbarui kembali dan diperindah oleh pemerintah Provinsi Jambi tanpa merubah bentuk awalnya.
“Yang pasti masjid ini menjadi masjid kebanggaan yang tentunya memiliki gaya unik dan menjadi ciri khas yang konsep terbuka dan sejuk sehingga masyarakat lebih nikmat menjalani ibadah. Tidak hanya itu saja, kenapa masjid ini tidak memiliki pintu, karena masjid ini juga di konsep menjadi masjid yang ramah akan pengunjung, jadi siapapun yang ingin menjalankan ibadah bisa dilakukan tanpa harus terkunci pintu nya, makanya di konsep masjid tanpa sekat pintu,” pungkasnya.